LenteraJateng, UNGARAN – Tradisi Saparan, Dusun Sleker, Desa Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang kembali digelar setelah tertunda akibat pandemi. Tradisi Saparan dikemas dengan kirab budaya sekaligus memeriahkan Merti Dusun Sleker.
Sejak pagi, warga Dusun Sleker yang terdiri dari 10 RT telah berbaris rapi di jalan kampung. Mereka menggunakan berbagai kostum adat Jawa juga menampilkan beberapa tarian selama kirab berlangsung.
Kirab yang diarak mengelilingi kawasan wisata Kopeng terdiri dari pasukan kuda yang dinaiki oleh Camar Getasan, Kepala Desa Kopeng beserta jajarannya. Di belakangnya, kepala dusun dan warga berjalan beriringan dengan kawalan pasukan Bregada Dusun Sleker.
Prosesi Tradisi Saparan berawal dari jalan dusun kemudian menuju Umbul Songo untuk ritual pengambilan air. Kirab dilanjutkan menuju Taman Wisata Kopeng untuk nantinya berlangsung rayahan tumpeng sayur.
Kepala Dusun Sleker, Slamet Sulasdi menuturkan, Saparan merupakan bentuk rasa syukur masyarakat terhadap nikmat yang telah diberikan kepada Dusun Sleker. Apalagi, lanjut Dusun Sleker yang juga sebagai tempat wisata, kemasan untuk Tradisi Saparan dibuat menjadi kirab budaya yang menarik.
“Saparan merupakan budaya dari nenek moyang yang sangat adiluhung. Kegiatan ini juga dalam rangka Merti Dusun atau ulang tahun dusun,” kata Slamet, Minggu, (18/9/2022).
Perayaan Merti Dusun dilaksanakan di hari Minggu Pahing, setiap bulan Sapar. Untuk tahun 2022, maka jatuh pada hari Minggu, 18 September.
Pengambilan Air di Tuk Songo
Pengambilan air di Tuk Songo atau Umbul Songo bertujuan untuk mengingatkan kepada masyarakat untuk ikut andil menjaga kelestarian sumber air yang menjadi sumber kehidupan warga Dusun Sleker. Apalagi, warga Dusun Sleker sangat bergantung pada mata air di Tuk Songo.
Saat pengambilan air, juga dilakukan prosesi ritual untuk memohon supaya sumber air di Dusun Sleker yang sangat melimpah bisa tetap lestari.
“Kami mengangkat sosok kenang dan denok sebagai pembawa air kehidupan dari mata air yang akan disiramkan ke tumpeng hasil bumi sleker dan nantinya akan menjadi rebutan oleh wisatawan dan masyarakat di Sleker Kopeng,” kata Dinar Bayu, Ketua Panitia Acara Saparan Dusun Sleker.
Harapannya semoga hasil bumi di Dusun Sleker senantiasa melimpah dan sumber air terjaga kelestariannya. Serta masyarakat diberikan berkah kesehatan, rejeki dari aktivitas pariwisata, pertanian dan pekerjaan lain.
Berbagai Tema Pawai dari 10 RT, Tradisi Saparan Dusun Sleker
Sebanyak 10 RT yang ada di Dusun Sleker berpartisipasi meriahkan kirab. Masing-masing RT menampilkan tema budaya yang berbeda-beda.
Ada yang menampilkan tarian prajurit yang merupakan tarian khas Getasan, tari rodat tari kreasi, dan tari topeng. Iringan musik juga dimainkan selama kirab berjalan.
Adapula yang menggunakan kostum pewayangan, Minak Djinggo, Punokawan, buta Cakil, dan lain sebagainya. Bahkan salah satunya juga menampilkan pasukan berbaris yang memainkan alat musik drumband.
Saparan tahun ini kali ini juga dikemas dengan kegiatan Festival Budaya Kulon Kayon. Tema yang diusung ‘Desa Mawa Cara, Negara Mawa Tata. Gliyak-gliyak Tumindak, Sareh Pakoleh”.
Artinya ‘Desa memiliki adat, negara memiliki aturan. Meskipun bertindak pelan-pelan tetapi bisa terlaksana keinginannya’.