LenteraJateng, SEMARANG – Petruk Dadi Ratu menjadi sebuah lakon pewayangan yang sarat dengan makna. Lakon ini mengisahkan seorang anggota Punokawan yang tiba-tiba menjadi raja atau ratu karena sebuah pusaka titipan.
Petruk yang mendapat mandat dari Prabu Puntadewa untuk merawat pusaka miliknya, yakni Jamus Kalimasada. Singkat cerita, Petruk yang kemudian kabur membawa pusaka itu, kemudian menaklukan kerajaan Rancang Kencono dan menjadi ratu disana.
Dalam pementasan Petruk Dadi Ratu ‘Lord Thong Thong Shod’ pada pembukaan Festival Kota Lama 2022 beberapa waktu lalu, lakon ini dibawakan dengan cara komedi. Sebagai ratu, Petruk membuat kebijakan yang sedikit menggelitik.
Misalnya, saat ia menempatkan Prabu Baladewa sebagai tukang adzan, karena suaranya yang keras dan lantang. Menurut Petruk, dengan menempatkan Baladewa, maka biaya listrik bisa ditekan dan anggaran bisa untuk rakyat kecil.
Kemudian Petruk memilih Prabu Puntadewa yang sabar dan lemah lembut sebagai petugas layanan customer service. Juga Janaka sebagai bagian pemasaran lantaran ketampanannya.
Paminto Widi Legowo (53), pemeran Petruk Dadi Ratu menjelaskan, ada pesan juga dalam lakon ini. Yakni jangan menyepelekan rakyat kecil.
Karena kecil menurutnya bukan berarti kecil semuanya. Justru rakyat banyak yang memiliki kecerdasan melebihi pejabat. Bahkan punya wawasan yang lebih luas.
“Omongan mereka kadang tidak dianggap, alah kowe ki sopo (kamu itu siapa). Pesannya sebenarnya itu, bahwa jangan memandang strata, tapi nilailah intelektualnya,” kata Paminto yang sejak tahun 1992 menjadi pemain wayang orang Ngesti Pandowo.
Ia menuturkan, para pemain wayang orang Ngesti Pandowo tidak kesulitan memainkan lakon ini. Mereka telah memiliki cukup perbendaharaan dan terbiasa pentas setiap Sabtu malam di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS).
“Improve paling ketika interaksi dengan penonton. Tapi kalau antar pemain, karena kami sudah satu grup, sudah tahu style permainannya seperti apa,” pungkas guru kesenian tersebut.
Kemasan Padat dan Praktis, Petruk Dadi Ratu Khayalan Rakyat Kecil yang Jadi Penguasa
Bagas Surya Muhammad selaku sutradara menambahkan, ia mengemas Petruk Dadi Ratu ini secara padat dan praktis. Harapannya bisa dipertunjukan kepada orang-orang yang sifatnya lebih heterogen atau majemuk.
“Saya ingin sekali membuat kemasan guyon ini masih dalam konteks lakon wayang. Karena lakon-lakon wayang seperti ini kan dulu untuk memberikan kritik pemerintah,” terangnya.
Terkait persiapan untuk pertunjukan ini, Bagas menyebut kelompok wayang orang Ngesti Pandowo hanya perlu persiapan selama satu minggu. Mengingat tim wayang orang sudah mengenal lakon Petruk Dadi Ratu sejak lama.
Eksistensi Ngesti Pandowo
Eksistensi Wayang Orang Ngesti Pandowo yang sudah berumur 85 tahun, memperlihatkan beberapa generasi muda yang sudah mulai bangkit kembali. Terlihat mulai dari beberapa tahun terakhir, sudah ada mahasiswa yang mencoba untuk bergabung
“Dengan semangat yang baru, ya mungkin sudah sering lihat Wayang On The Street merupakan salah satu bentuk dari kemasan baru Wayang Orang. Jadi kami masih yakin bahwa ngesti Pandowo masih ada,” tutup Bagas.