LenteraJateng, SEMARANG – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mendorong peningkatan komunikasi resiko seputar krisis kesehatan untuk penyandang disabilitas.
Kepala Bidang Logistik dan Peralatan BPBD Jateng Alexander Armin Nugroho menyebutkan terdapat 126 ribu penyandang disabilitas yang mukim di Provinsi tersebut. Mereka membutuhkan materi komunikasi mengenai risiko dari ancaman krisis kesehatan, utamanya saat ini adalah Covid-19.
“Komunikasi risiko bertujuan untuk memberikan informasi yang terkini dan terpercaya. Sehingga kelompok disabilitas dapat mengambil keputusan terbaik untuk mereka,” kata Alex, Selasa (7/6/2022).
Komunikasi mengenai resiko ini juga dapat mendukung perubahan perilaku kepada pencegahan dan pengendalian penyakit menular di kalangan disabilitas.
Untuk itu BPBD bersama Unit Layanan Inklusif Disabilitas (LIDi) dan dukungan dari AIHSP (Australia Indonesia Health Security Partnership) mendorong peningkatan pengetahuan tentang komunikasi resiko kepada kelompok ini.
Unit LIDi merupakan perwakilan kelompok disabilitas dalam bencana bentukan BPBD Jateng. Tujuannya adalah untuk memberikan pelayanan pemenuhan hak penyandang disabilitas dan mendorong manajemen risiko bencana yang inklusif.
“LIDi berperan sangat penting dalam aktualisasi data disabilitas. Utamanya di fase pra dan pasca kebencanaan. Sebagai kelompok rentan, penyandang disabilitas mendapatkan perhatian khusus,” tuturnya.
Ia berharap, LIDi bisa melakukan penanganan bencana, termasuk krisis kesehatan yang melibatkan kelompok disabilitas, sehingga lebih inklusif.
Komunikasi Resiko untuk Penyandang Disabilitas, Paling Paham Informasi yang Mereka Perlukan
Direktur Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pangarso Suryotomo menambahkan, kelompok disabilitas adalah paling memahami kebutuhan informasi yang mereka perlukan.
“Kelompok disabilitas dapat dan perlu kami berdayakan serta dorong, untuk mengambil peran aktif dalam mengentaskan Covid-19. Paradigma terhadap teman-teman disabilitas harus diubah,” jelas Pangarso.
Ia mendorong terbukanya akses terhadap proteksi dari bencana yang lebih luas bagi penyandang disabilitas. Proses peralihan dari pandemi menuju endemi memerlukan dukungan komunikasi risiko yang berkelanjutan.
“Kita semua selayaknya memandang mereka sebagai subyek dalam urusan penanggulangan Covid-19 serta penyakit menular lainnya,” tegasnya.
Sementara, Team Leader AIHSP, John Leigh, mengatakan bahwa Indonesia sedang mengalami proses transisi situasi pandemi menuju endemi. Sehingga, pengendalian Covid-19 menjadi kunci utama keberhasilannya.
Menurut John, komunikasi risiko berperan besar untuk mencapai tujuan tersebut dan harus tersampaikan kepada semua pihak. Termasuk kepada penyandang disabilitas dan kelompok rentan lainnya.
“AIHSP mendukung penyampaian informasi yang berbasis komunikasi risiko kepada penyandang disabilitas oleh Pemerintah Jateng. Harapannya, dapat memberikan pemahaman dan rekomendasi mengenai komunikasi resiko yang sesuai bagi kelompok rentan,” tuturnya.
Editor: Puthut Ami Luhur