LenteraJateng, SEMARANG – Generasi muda Indonesia harus memahami dan menjiwai falsafah atau filsafat Pancasila. Wakil Ketua DPRD Jateng Heri Pudyatmoko mengaku khawatir atas problematika bangsa akhir-akhir ini.
Menurutnya banyak generasi muda yang tak lagi memiliki jiwa Pancasilais. Buktinya dalam perkembangan dunia digital, banyak masyarakat yang dengan mudahnya melontarkan ujaran kebencian, terutama melalui media sosial.
“Gampangnya ujaran kata-kata kotor dan bullying untuk mencari pembenaran. Belum lagi pabrik-pabrik kebencian, seperti muncul di tengah-tengah kehidupan kita yang berpotensi memecah belah persatuan bangsa. Banyaknya berita hoaks, dan sentimen antargolongan berpotensi menciptakan perpecahan di antara anak bangsa,” kata Heri saat menjadi narasumber Pemasyarakatan dan Revitalisasi Nilai-Nilai Pancasila, di Kota Semarang, Jumat (11/3/2022).
Kegiatan yang juga menghadirkan anggota Komisi A DPRD Jateng Soetjipto dan Wakil Ketua DPRD Jateng Ferry Wawan Cahyono, bertema “Pancasila dalam Tindakan dan Perbuatan”.
Generasi Muda Punya Peran Strategi dalam Perubahan
Menurut data BPS 2020 sambung Heri, jumlah masyarakat Jawa Tengah sebanyak 36,52 juta jiwa dan 50,24 persennya adalah generasi muda. Artinya generasi muda memiliki peran strategis untuk memberi perubahan besar bagi Jateng bahkan Indonesia. Tetapi jika generasi muda tidak memiliki semangat, berwatak dan berkepribadian Pancasila, maka akan semakin jauh dari cita-cita bangsa.
“Memantapkan Wawasan Kebangsaan di antara semakin banyak persoalan yang terjadi akhir-akhir ini menjadi sangat penting,” tambahnya.
Menurutnya, Indonesia sebagai bangsa yang sangat heterogen dengan 250 bahasa daerah dan 17 ribu pulau, dengan munculnya intoleransi, radikalisme, terorisme, dan arus globalisasi yang membawa nilai-nilai budaya asing yang apatis, hedonis dan materialistik, menjadi hal yang sangat penting.
Pemasyarakatan dan revitalisasi nilai-nilai Pancasila perlu kobarkan kembali dalam rangka membangun spirit nasionalisme yang mengalami kemunduran. Sehingga seluruh persoalan kebangsaan seperti konflik politik, hukum, ekonomi, agama, etnis serta permasalahan dalam apapun bentuknya bisa dengan mudah teratasi.
Implementasi revitalisasi nilai-nilai Pancasila, baik melalui tataran ide ataupun praktik. Dalam tataran ide, hal yang paling penting adalah menjawab sikap alergi masyarakat terhadap Pancasila.
“Memiliki semangat dan sikap bergotong royong serta membudayakan pola musyawarah terutama dalam mengatasi wabah pandemi corona, bisa sebagai sumber dalam rangka revitalisasi nilai-nilai Pancasila,” tuturnya.
Sementara itu, dalam tataran praktik, utamanya menyangkut relasi penyelenggaraan negara dan masyarakat, revitalisasi nilai-nilai Pancasila harus mulai dengan membangkitkan kegairahan dan optimisme publik. Misalnya, kepemimpinan nasional harus menegaskan kembali bahwa Republik Indonesia adalah negara yang besar dan berdaulat yang mampu mengatasi segala persoalan termasuk masalah pandemi.
“Untuk itu, mari kita gelorakan semangat merah putih, kebangsaan, persatuan dan selalu tularkan kegembiraan akan ke-Indonesiaan yang penuh kedamaian ini. Ayo bulatkan tekad untuk merawat dan bangga pada Ibu Pertiwi melalui kemajuan di berbagai bidang. Berlandaskan Pancasila, mari kita bangun Indonesia dengan karya nyata, bersaudara tanpa SARA dan semakin mencintai NKRI,” tegasnya.
Tugas Bela Negara Bukan Hanya Militer Tapi Seluruh Rakyat Indonesia, Generasi Muda Indonesia Harus Pahami Pancasila
Ia melanjutkan, perkembangan ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan (AGHT) yang bangsa ini hadapi, semakin hari semakin berat dan beragam bentuknya, seiring dengan arus globalisasi yang bergerak cepat.
“Bung Karno pernah berkata, bahwa perang modern bukan sekadar perang militer, melainkan peperangan yang menyangkut seluruh aspek kehidupan masyarakat. Tugas menjaga kedaulatan dan keutuhan negara bukan hanya tugas militer saja, tetapi seluruh warga negara,” katanya.
Semakin beragamnya ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan saat ini, hanya bisa hadapi dengan keberagaman keahlian yang saling terkait dan mengisi. “Perlunya untuk saling bersinergi, mengkolaborasikan berbagai macam latar belakang keahlian, intelektual, dan kreatifitas dengan berpedoman pada Pancasila,” tuturnya.
Nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila sesungguhnya menggali dari kearifan lokal yang kaya dengan makna yang mendalam.
“Pancasila sebagai dasar negara maupun sebagai pandangan hidup harus diletakkan kembali pada tempatnya semula. Kehidupan berbangsa dan bernegara harus berdasarkan nilai-nilai Pancasila,” tutur Bendahara DPD Gerindra Jateng tersebut.