LenteraJateng, SEMARANG – Penutupan sumur bersejarah di kawasan Kota Lama Semarang, menjadi sorotan publik karena muka tertutup dengan beton. Menurut cerita banyak pihak, konon air sumur tersebut tidak pernah habis dan sampai saat ini masih warga manfaatkan.
Founder Kotta Hotel Kevin Rasanto mengakui, penutupan sumur bersejarah di kawasan Kota Lama Semarang tersebut dari pihaknya. Ia berdalih, sumur yang telah berusia lebih dari 180 tahun itu, justru untuk merawat dan menjaga air di dalamnya.
Saat pembangunan septic tank Kotta Hotel, membuat sumur bersejarah tersebut bocor dan ia langsung meminta untuk merapikannya. Terutama sambung Kevin, saat hujan lebat mengakibatkan semua kotoran masuk ke dalam sumur.
“Kami bantu rapikan supaya sampah dan kotoran tidak masuk,” kata Kevin kepada LenteraJateng, usai Opening Ceremony Kotta Hotel, Senin (18/7/2022).
Ia mengaku, sebelum melakukan penutupan sudah berkoordinasi dengan Ketua Badan Pengelola Kawasan Kota Lama (BPK2L) Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu.
Sementara Ketua BPK2L Kota Semarang menyebut, sumur bersejarah di Kota Lama yang berdekatan dengan Kotta Hotel tersebut tidak masuk dalam cagar budaya. Ia mengakui, air sumur tersebut diambil untuk berbagai keperluan dan pihaknya sudah mendapatkan lampu hijau dari Balai Cagar Budaya.
“Kami sudah menerima surat dari mereka, kalau Sumur tersebut tidak termasuk Cagar Budaya,” tuturnya.
Wakil Wali Kota Semarang tersebut berkomitmen tetap menjaga sumur bersejarah tersebut. Caranya, dengan mengembalikan fungsi dan bentuk sumur tersebut. Tujuannya, tidak hanya agar airnya bisa masyarakat manfaatkan kembali tetapi juga kesejarahannya.
“Mungkin tutupnya bisa dengan kayu, tidak beton,” tambahnya.
Pemerhati Sejarah Duga Sumur Bersejarah Kota Lama Cagar Budaya
Berdasarkan penelusuran, sejarah pembangunan sumur di Taman Srigunting Kota Lama Semarang terekam dalam buku “Java, Geografisch, Ethnologisch, Historisch” oleh akademisi Universitas Leiden Prof P Veth.
Pembangunan sumur tersebut pada 1841 dengan teknologi bor, sampai kedalaman 71 meter. Sumber air tersebut, merupakan sumur artetis pertama di Kota Semarang. Pembangunan sumur di sebelah timur Paradeplein (Taman Srigunting).
Pemerhati Sejarah Kota Semarang Tjahjono Rajardjo menambahkan, dahulu sumur di Paradeplein menyediakan air minum yang sangat baik dan berlimpah, tidak hanya bagi penduduk kota, tetapi juga untuk kapal-kapal yang bersandar di dermaga.
Jaringan pipa menyalurkan air dari sumur ke reservoir di jembatan Bodjong, sehingga memudahkan pengisian tandon air kapal dengan air yang dibawa dengan perahu-perahu.
Koordinator Komunitas Penggiat Sejarah (KPS) Semarang Rukardi Achmadi mengungkapkan, pada zaman kolonial, pembangunan sumur tersebut untuk kepentingan publik. Terutama untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi warga kota yang saat itu terjangkit wabah kolera.
Rukardi menduga, sumur tersebut cagar budata karena masuk dalam catatan teks-teks lama. Terlebih letaknya berada di kawasan cagar budaya.
Editor: Puthut Ami Luhur