Ingin berkunjung ke Kota Semarang, atau sudah pernah pergi ke Ibukota Jawa Tengah ini tetapi belum pernah mengetahui sejarahnya. Intip Sejarah Kota Semarang di Museum Kota Lama dan sekaligus bisa mengunjungi wilayah yang banyak memiliki peninggalan kolonial Hindia Belanda, sehingga sering orang menyebutnya sebagai The Little Nederland.
LenteraJateng, SEMARANG – Bangunan kokoh dengan batu bata ekspos, kini berdiri di tengah-tengah antara Jalan MT Haryono (Mataram), Patimura, Agus Salim dan Cendrawasih. Sebelum bangunan Museum Kota Lama itu ada, dulu tempat itu masyarakat Kota Semarang kenal sebagai Bunderan Bubakan.
Daerah Bubakan mempunyai tempat spesial dalam sejarah berdirinya wilayah yang kini secara administratif di bawah Pemerintah Kota Semarang. Berkaitan erat dengan cikal bakal pendiri Semarang, Ki Pandan Aran di mana setelah mendirikan pesantren di Pulau Tirang, ia kemudian membuka tempat baru dan mendirikan tempat tinggal.
Wilayah tersebut yang kini dikenal sebagai Bubakan yang berasal dari kata “bubak” , yang berarti membuka sebidang tanah dan menjadikannya sebagai tempat tinggal. Di daerah Bubakan Ki Pandan Arang menjabat sebagai seorang juru nata (pejabat kerajaan) dari kerajaan Demak. Oleh karena itu, wilayah Bubakan juga dikenal dengan sebutan Jurnatan, tempat tinggal juru nata.
Pada masa kolonial Belanda, oleh Samarang-Joana Stoomtram Maatschappij (SJS) perusahaan kereta api swasta Hindia Belanda wilayah itu mereka jadikan sebagai Stasiun Semarang Centraal atau masyarakat kenal sebagai Stasiun Jurnatan. Pembangunan stasiun tersebut pada 1882, melayani pemberangkatan kereta api tujuan Demak, Kudus, Pati, Rembang, Blora dan lain-lain.
Selain melayani jalur kereta ke arah timur Kota Semarang, Stasiun Jurnatan juga merupakan jaringan trem uap yang menghubungkan dengan Stasiun Samarang Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij di Kemijen. Jaringan trem uap, juga melayani rute Jurnatan – Bulu dan Jurnatan – Jomblang. Jalur tersebut tutup pada 1940 karena kurang menguntungkan.
Selain berfungsi sebagai stasiun, wilayah tersebut juga pernah pemerintah gunakan sebagai terminal bus antar kota sebelum kemudian pindah ke Terboyo dan sekarang di Penggaron.
Museum Kota Lama, Gerbang ke dalam Kota Semarang Masa Kolonial
Museum Kota Lama, adalah pintu gerbang dan isinya adalah kawasan yang dulunya oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda yang pembangunannya untuk pemukiman dan segala fasilitas untuk orang-orang Eropa.
Ada yang mencuri perhatian saat mengunjungi Museum Kota lama di Ibu Kota Jawa Tengah. Museum yang baru saja resmikan oleh Wali Kota itu berisi cuplikan sejarah Kota Semarang.
Kali pertama masuk ke dalam museum, pengunjung akan mendapati miniatur kapal beserta panorama meliputi lautan dan pasirnya, yang merupakan hasil dari rekayasa teknologi. Bergeser ke belakang, pengunjung akan menjumpai linimasa Kota Semarang dari masa ke masa.
Video yang ditampilkan di dinding itu membuat pengunjung seolah ada di tempat lain. Video di ruangan tersebut memperlihatkan sejarah masa lampau wilayah Semarang. Dari masa ke masa, dari 1547 sampai dengan sekarang.
Ada di seberang linimasa, terdapat ruangan berisi artefak dan benda-benda bersejarah yang ditemukan di Kota Semarang. Seperti botol mineral kaca merk Hygeia, yang merupakan perusahaan air mineral pertama di Hindia Belanda. Pengunjung juga bisa melihat berbagai benda peninggalan sejarah itu dalam sebuah kotak kaca.
Tidak jauh dari ruang artefak, terdapat trem atau kereta yang menyuguhkan perjalanan virtual selama lima menit dengan rute Semarang – Juwana. Perjalanan itu menggambarkan kondisi wilayah pedesaan Keresidenan Pati pada masa kolonial.
Pengunjung kemudian akan bergeser ke ruangan dengan lantai kaca. Ruangan ini menjadi perjalanan terakhir di museum yang memperlihatkan bekas stasiun trem yang saat ini berada di bawah tanah.
Meski kini bentuknya jauh dari bentuk aslinya, namun masih terlihat sisa pondasi bangunan yang terbuat dari bata merah tersusun secara acak. Stasiun trem itu juga pernah beroperasi sekitar tahun 1882 sampai dengan 1940.
Tiket Masuk Museum Kota Lama Bisa Akses Aplikasi Lunpia
Albertus Kriswandono, Tim Kuratorial Museum Kota Lama mengatakan, museum ini adalah pintu gerbang. Sedangkan isi sebenarnya adalah di kawasan Kota Lama.
“Jadi pengunjung bisa berjalan-jalan di Kota Lama, lihat bangunan yang sebagian isinya juga ada di dalam Museum,” kata Albertus.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Sapto Adi menambahkan, tiket masuk bisa mengakses lewat aplikasi Lunpia. Pengunjung bisa mendaftar secara kolektif, minimal jumlah sepuluh orang dengan titik kumpul di Oudetrap kawasan Kota Lama.
“Lama kunjungan setiap kelompok selama 20 menit. Mereka bisa menonton sejarah Kota Semarang, termasuk artefak dan perjalanan visual,” tutup Sapto.
Editor: Puthut Ami Luhur