LENTERAJATENG, SEMARANG – Kirab Dugderan untuk sambut bulan Ramadan kembali digelar di Kota Semarang. Tradisi yang telah digelar sejak 1881 tersebut menjadi salah satu event pariwisata unggulan di kota lumpia.
Dikemas dengan lebih meriah, Kurang Dugderan dilakukan sekaligus dalam rangka memperingati Hari Jadi ke-476 kota Semarang.
Ribuan warga tumpah ruah di sepanjang Jalan Pemuda untuk mengikuti kirab. Antusiasme warga masyarakat untuk menyaksikan pawai Dugderan juga terlihat di Masjid Agung Kauman Semarang dan Masjid Agung Jawa Tengah.
Sedikit berbeda dalam penyelenggaraan Dugderan kali ini. Jika tahun-tahun sebelumnya Wali Kota bertindak sebagai Kanjeng Raden Mas Arya Purbaningrat, kali ini wali kota perempuan pertama di Kota Semarang itu bertindak sebagai Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purbodiningrum.
Upacara Dugder digelar dengan bahasa Jawa. Wali Kota kemudian menabuh bedug, dan selanjutnya para Forkopimda menaiki kerata kencana untuk memulai perjalanan menuju Masjid Agung Kauman.
Ikon Kota Semarang, Warak Ngendog juga diarak meriah saat Dugderan. Warak merupakan simbol persatuan antara etnis sejak dulu dan digambarkan sebagai hewan dengan wujud kepala Naga (China), bada Buraq (Arab), dan kaki Kambing (Jawa).
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengungkapkan rasa syukurnya atas penyelenggaraan Dugderan tahun 2023 ini.
“Alhamdulillah tahun ini Dugderan dilakukan secara penuh seperti saat sebelum pandemi lalu,” ungkap perempuan yang akrab disapa Ita, Selasa (21/3/2023).
Dalam kesempatan itu, Ita juga mengucapkan selamat memasuki bulan Ramadhan dan sangat bersyukur karena pasca pandemi sejumlah kegiatan dapat dilaksanakan tanpa pembatasan.
“Semua kegiatan bisa sepenuhnya dijalani. Ibadah sudah 100 persen. Alhamdulillah sudah bisa diadakan di masjid, mushola, langgar,” terang Ita.
Meski demikian, pihaknya tetap berpesan kepada warga Kota Semarang untuk dapat menyesuaikan dengan protokol kesehatan.
“Kami menghimbau tetap mewujudkan protokol kesehatan seperti cuci tangan, kalau di tempat ramai ya tetap pakai masker,” lanjutnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Semarang, Wing Wiyarso Poespojoedho mengungkapkan, tema Dugderan kali ini adalah ‘Simpul Penguatan Kemajemukan Budaya Menuju Pemulihan Ekonomi’. Tema tersebut, lanjutnya, mengandung arti kebangkitan perekonomian masyarakat Kota Semarang setelah pandemi Covid-19 berakhir.
“Dikarenakan Wali Kota sekarang adalah Ibu Wali Kota, tentunya gelar juga akan berubah. Ibu Wali kota Semarang, akan memerankan Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purbodiningrum,” tandasnya.