LenteraJateng, SEMARANG – Ritual doa bersama rutin dilakukan di obyek wisata Taman Lele setiap pagi di hari Jumat Kliwon. Bukan klenik, namun ritual ini merupakan cara untuk merawat warisan leluhur.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Taman Lele, Sugiyanto mengungkapkan, doa bersama di setiap Jumat Kliwon ini telah ia lakukan sejak 2018 lalu. Menurutnya, doa yang dipanjatkan merupakan bentuk rasa syukur dan memohon perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dipilihnya hari Jumat Kliwon sebetulnya supaya mudah diingat dan memastikan para petugas lainnya bisa meluangkan waktu untuk berkumpul, bersilaturahmi dan melakukan doa bersama.
Bersama petugas lainnya, rutinitas doa bersama dimulai sekitar pukul 09.00 WIB. Sembari bersiap, para ibu-ibu mulai menghidangkan teh hangat beserta nasi dengan lauk ayam ingkung dan sayur gudangan.
Sebelum doa dimulai, Sugiyanto akan melakukan prosesi ritual terlebih dahulu di petilasan Nyi Tuk Sari. Tepatnya berada di bawah pohon beringin besar.
Dengan membawa dupa dan kembang setaman, Sugiyanto memanjatkan doa. Baginya hal ini bukan musyrik ataupun klenik, karena ia semata-mata hanya mencoba melestarikan tradisi.
“Saya sering dikomentari soal ini. Tapi saya nggak peduli. Tujuannya kan hanya kepada Tuhan, saya cuma mau nguri-uri aja,” kata dia.
Setelah berdoa di petilasan, Sugiyanto kemudian mengajak peserta untuk melanjutkan doa bersama. Ketika selesai, ia kemudian mempersilahkan untuk menyantap sajian tersebut.
Petilasan Nyi Tuk Sari
Petilasan Nyi Tuk Sari tepat berada di bawah pohon beringin besar. Konon, petilasan ini dulunya digunakan untuk sembahyang.
Sedangkan, terdapat sebuah sendang yang berada di dekat petilasan. Sendang dengan nama Nyi Tuk Sari itu memiliki air yang jernih dan tak pernah habis.
Penamaan sendang ini lantaran Nyi Tuk Sari pernah menggunakan sumber air tersebut untuk berwudhu. Warga setempat percaya, bahwa Nyi Tuk Sari adalah Raden Ayu Retno Dumilah yang merupakan Bupati Purbaya kedua, setelah menggantikan ayahnya, Pangeran Timur. Purbaya kini lebih dikenal dengan nama Madiun.
Penamaan Taman Lele, Ritual Doa Bersama Setiap Jumat Kliwon
Dari cerita Nyi Tuk Sari inilah, nama Taman Lele digunakan sebagai kawasan wisata ini. Nyi Tuk Sari atau Raden Ratna Dumilah ketika mengambil air, melihat ikan gaib yang bernama Lele Truno.
Lele Truno itu hanya terdiri dari tulang dan kepala. Namun banyak ikan lele lain mengikuti di belakangnya.
Setelah melihat kejadian tersebut, lanjutnya, secara spontan Raden Ayu Retno Dumilah mengucap ‘Sok yen ono rejo ning jaman, tanah iki tak jenengi Taman Lele’.
Yang kurang lebih artinya adalah ‘Besok ketika jaman sudah maju, tanah ini akan aku beri nama Taman Lele’.
“Akhirnya benarlah ini jadi Wisata Taman Lele, yang sekarang ramai dikunjungi banyak orang. Baik wisatawan lokal ataupun luar kota,” tutup Sugiyanto.