LenteraJateng, SEMARANG – Kemeriahan Dugderan setelah dua tahun pandemi Covid-19, kembali masyarakat Kota Semarang rasakan. Meski kemeriahan pada Dugderan 2022 ini, tetap tanpa arak-arakan dari Balai Kota Semarang menuju Masjid Agung Kauman dan Masjid Agung Jawa Tengah.
Perayaan Dugderan yang penuh kemeriahan setelah dua tahun Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang menggelar karena pandemi Covid-19 ini, juga bisa masyarakat saksikan secara daring maupun luring. Dugderan kali ini Pemkot gelar di halaman Balai Kota Semarang, dengan berbagai tarian Warak, defile tiap kecamatan, drum band dan animatronik Warak.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menyampaikan, setelah sukses menggelar Dugderan maka kini saatnya memulai kembali sesuatu yang tertunda akibat pandemi Covid-19.
“Mulai lagi ya, dari kondisi kemarin sudah berkembang ke arah yang lebih baik. Alhamdulillah hari ini sudah ada kemeriahan walaupun tidak ada arak-arakan,” kata Hendi, sapaan akrab Wali Kota Semarang, di halaman Balaikota Semarang, Kamis (31/3/2022).
Hendi menyampaikan pada masyarakat Kota Semarang untuk berupaya saling menghormati dan tenggang rasa pada Ramadan. Bagi yang tidak menjalankan ibadah puasa, ia meminta untuk menghormati yang puasa.
“Sebaliknya, yang berpuasa juga menghormati yang tidak berpuasa. Artinya, nggak perlu ada sweeping restoran atau tempat makan di siang hari. Semuanya saling menghormati, saling tenggang rasa,” tutur Hendi.
Ia juga berharap masyarakat bisa menjalankan ibadah dengan baik. Masyarakat boleh melakukan tarawih keliling dan pergi ke tempat ibadah, asal benar-benar melaksanakan protokol kesehatan dengan disiplin.
“Mudah-mudahan, kegiatan selama Ramadan lancar. Untuk ibadah di masjid, pembatasan kapasitas sementara masih ada, sampai 75 persen karena Kota Semarang PPKM level 2,” tuturnya.
Meski begitu, lanjut Hendi, tiga hari terakhir ini, berdasarkan indikator level PPKM, Kota Semarang sudah berada pada level 1. Untuk kepastiannya, ia masih menunggu instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri).
“Tunggu saja 4 April 2022 nanti Inmendagri, Kota Semarang seperti yang ada di dalam analisis masuk pada level 1,” tambahnya.
Sejarah Kemeriahan Dugderan Setelah Dua Tahun Pandemi
Dugderan adalah tradisi wilayah yang kini di bawah administrasi Kota Semarang. Tradisi Dugderan menandai mulainya ibadah puasa selama Ramadan dan sudah ada sejak 1882. Saat itu Kota Semarang masih berbentuk Kabupaten di bawah kepemimpinan RM Temenggung Ario Purbaningrat.
Biasanya sepekan sebelum Ramadan, di kawasan Masjid Agung Kauman Semarang dan dekat Pasar Johar, banyak pedagang berjualan berbagai macam mainan. Dan untuk menandai mulainya ibadah puasa pada Ramadan, Bupati RM Tumenggung Ario Purbaningrat mengumumkannya di Masjid Agung Kauman Semarang bersama ulama.
Setelah melakukan pengumuman mulainya ibadah puasa Ramadan, Bupati kemudian memukul bedug dan disambut bunyi petasan. Bunyi dari suara bedug, dug..dug..dug dan petasan, der… yang kini menjadi nama tradisi tersebut.
Tradisi tersebut terus dilestarikan dan menjadi agenda tahunan. Setiap pemimpin wilayah yang kini berada di bawah administrasi Kota Semarang memerankan Bupati RM Temenggung Ario Purbaningrat saat mengumumkan mulainya ibadah puasa Ramadan.
Editor: Puthut Ami Luhur