LenteraJateng, SEMARANG – Ternak nyamuk Aedes Aegypti yang sudah mengandung bakteri Wolbachia atau ber-Wolbachia diklaim dapat menekan angka kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Wolbachia adalah bakteri alami yang aman untuk manusia dan lingkungan.
Bakteri Wolbachia ini ada di sekitar 60 serangga di dunia, namun tidak di nyamuk Aedes Aegypti yang menjadi penyebab demam berdarah. Nantinya, Wolbachia akan masuk ke dalam tubuh nyamuk Aedes Aegypti.
Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Semarang, Nur Dian Rachmawati menyebut Kota Semarang menjadi salah satu pilot project Kementerian Kesehatan dan World Mosquito Program (WMP) untuk penerapan ternak nyamuk ini. Bersama lima kota lainnya, nyamuk Aedes Aegypti Ber-Wolbachia akan di kembangbiakkan untuk menekan kasus DBD.
“Bakteri ini fungsinya untuk menekan replikasi virus yang ada di tubuh nyamuk. Maka nyamuk nantinya tidak bisa membawa virus DBD. Ketika tidak bisa membawa virus DBD tentu tidak bisa menularkan ke manusia,” kata Dian, Kamis (1/9/2022).
Sejauh ini, lanjut Dian, pihaknya masih menunggu roadmap dari kementerian terkait pelaksanaan program ternak nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia ini. Ia pun telah melakukan sosialiasi soal program ini di tingkatan RT, RW dan kader jentik.
“Penyebaran nyamuk akan lewat telur. Jadi nanti telurnya kami titipkan melalui ember yang akan kami serahkan ke masyarakat. Telur nyamuknya akan menetas berkembang dan populasi nyamuk Wolbachia ini mengantikan populasi nyamuk yang tidak ber-Wolbachia,” terangnya.
Program ternak nyamuk ber-Wolbachia untuk menekan kasus DBD sebelumnya telah berhasil dilakukan di Sleman dan Bantul, Provinsi DI Yogyakarta. Harapannya, juga bisa menekan kasus DBD yang ada di Kota Semarang.
Tiga Skenario Transfer Bakteri, Ternak Nyamuk Aedes Aegypti Ber-Wolbachia
Terdapat tiga skenario dalam melakukan transfer Wolbachia ke generasi selanjutnya. Pertama jika nyamuk jantan yang ber-Wolbachia dan di lepasliarkan ke alam terbuka. Nantinya nyamuk jantan kawin dengan nyamuk betina liar, maka nyamuk betina tersebut tetap bertelur tetapi tidak dapat menetas.
Skenario kedua yaitu jika nyamuk jantan ber-Wolbachia akan kawin dengan nyamuk betina ber-Wolbachia maka akan memproduksi telur. Anak – anak nyamuk tersebut tidak dapat menularkan dengue lagi.
Yang ketiga yaitu jika nyamuk betina yang ber-Wolbachia kawin dengan nyamuk jantan liar maka telurnya adalah anak – anak nyamuk yang tidak memiliki virus dengue.
Dari tiga skenario tersebut dari pertimbangan dampak pada manusia, lingkungan, dan hewan, WMP memilih skenario untuk melepaskan nyamuk betina ber-Wolbachia. Karena, jika melepaskan nyamuk jantan ber-Wolbachia maka populasi nyamuk akan berkurang.
Selanjutnya, periode rilis yang dilakukan oleh WMP adalah 6 bulan dan populasi nyamuk ber-Wolbachia sudah hampir menyebar cukup besar dan harapannya nyamuk liar nantinya akan memiliki Wolbachia.
Sebagai informasi, angka penularan DBD di Kota Semarang per Agustus 2022 menyentuh angka 644 kasus dengan pasien meninggal dunia sebanyak 28 orang.
Angka tersebut meningkat hampir dua kali liat dari kasus penularan di tahun 2021 yakni sebanyak 322 kasus dengan 9 orang meninggal dunia.