LenteraJateng, KARANGANYAR – Sebuah sumur yang disebut sumur api purba ditemukan di Desa Krendowahono, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar. Sumur ini pertama kali digali pada tahun 2019 ini dipercaya masyarakat bisa sembuhkan berbagai penyakit.
Berada di pekarangan rumah Solikin, sumur sedalam 120 meter tersebut awalnya hendak dipakai untuk keperluan rumah tangga. Namun, saat digali pada kedalaman 3 – 4 meter, ais sumur tersebut memiliki rasa asin.
“Niatnya mau cari air. Saya gali terus sampai habiskan pulsa listrik Rp 100 ribu, rasanya itu masih asin,” kata Solikin.
Solikin menuturkan, masyarakat sekitar kemudian percaya, bahwa air asin tersebut mampu menyembuhkan berbagai penyakit.
“Jadi untuk digunakan untuk mengobati penyakit kulit, ada yang karena sakit tenggorokan dan sakit gigi itu yang sering gunakan. Kadang juga capek, begitu capek gitu kan terus berendam kesini, paginya badannya enak,” jelasnya Solikin.
Sumur miliknya mulai didatangi orang-orang untuk berendam sejak 2020. Dua bilik kamar mandi juga ia dirikan untuk memfasilitasi warga untuk mandi menggunakan air sumur tersebut.
Selain airnya yang asin sumur milik Solikin juga mengeluarkan gas yang mengandung metana. Gas ini dapat digunakan untuk memasak seperti penggunaan LPG.
“Malam-malam itu kan pada nongkrong disini. Waktu mau lihat air sumur, pakai korek api ternyata langsung nyamber. Terus kami bilang pak lurah,” bebernya.
Karena api yang dapat menyala diatas air, kejadian tersebut sempai ramai diperbincangkan masyarakat. Bahkan mereka juga sempat mengira akan segera terjadi kiamat karena fenomena tersebut.
Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut, api yang dihasilkan merupakan gas biogenik atau biogenic shallow gas. Gas rawa ini terpendam di dalam tanah karena endapan selama jutaan tahun.
Gas Biogenik Dari Senyawa Organik, Sumur Api Purba di Karanganyar
Marlistya Citraningrum, Manajer Program Akses Energi Berkelanjutan Institute for Essentials Service Reform (IESR) menambahkan gas biogenik dihasilkan dari senyawa organik.
Senyawa organik itu seperti tanaman dan rerumputan yang membusuk dan terurai dengan bantuan bakteri. Karena berasa dari residu senyawa organik, umumnya gas biogenik ditemukan di lapisan tanah yang dangkal dan mudah ditemui.
“Jumlahnya relatif kecil dan tersebar, gas biogenik harus dimampatkan atau dinaikkan tekanannya. Sehingga mudah untuk dialirkan dan digunakan,” imbuhnya.
Beberapa desa di Jawa Tengah memiliki potensi gas biogenik yang cukup banyak yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif untuk memasak. Instalasi pemanfaatan gas biogenik ini juga relatif rendah dan bisa digunakan secara komunal.