LENTERAJATENG, SEMARANG – Sendang Wonodri meskipun berada di tengah kota, namun tidak banyak yang tahu bahwa tempat tersebut sarat akan sejarah. Jika ingin mengunjungi Sendang Wonodri yang konon pernah menjadi tempat singgah Sunan Kalijaga, cukup mudah.
Letaknya tidak jauh dari pusat keramaian Kota Semarang Lapangan Pancasila Simpanglima. Tepatnya berada di sebelah barat Rumah Sakit Roemani yang terletak di kawasan Wonodri Semarang Selatan. Dari Simpanglima ambil arah ke Kampus Undip Pleburan, Jalan Imam Barjo dan kemudian mengarah ke Jalan Hayam Wuruk. Kemudian berbelok ke kanan ke Jalan Singosari Raya di depan Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang. Sampai perempatan, ambil arah Rumah Sakit Roemani dan kemudian Jalan Wonodri Sendang.
Hari-hari biasa, Sendang Wonodri tampak sepi dan kurang terawat di mana banyak daun kering berjatuhan dan airnya keruh berwarna hijau. Bentuknya hanya mirip kolam kecil di sudut pemukiman penduduk di kawasan Wonodri.
Pada waktu tertentu, warga sekitar pernah mengadakan ritual berupa kirab dan bersih-bersih sendang. Kegiatan tersebut biasa masyarakat kenal sebagai Festival Bubur Semarangan, di mana warga menggelar tari-tarian, mengarak berbagai jenis bubur dan tumpeng.
Tradisi itu sempat berhenti saat pandemi atau mungkin tetap terselenggara dalam skala kecil. Tidak banyak catatan sejarah mengenai keberadaan Sendang Wonodri, yang kini berada di tengah-tengah pemukiman padat penduduk.
Namun berbagai cerita menarik mengenai sendang ini cukup banyak dan menarik untuk menyimaknya. Ketua RW 5 Kelurahan Wonodri Tri Siswanto menjelaskan, sebelum warga merawat sedang, lokasi tersebut sangat kotor karena banyak potongan kayu.
“Bersama warga, kami bersihkan sendang. Alhamdulillah dengan turunnya hujan, debit air sendang mulai ada. Meski saat ini warga sekitar tidak menggunkan air Sendang Wonodri sudah lagi, kami melepas beberapa jenis ikan di sana,” tuturnya.
Meskipun saat ini warga sekitar sudah tidak menggunakan Sendang Wonodri untuk kebutuhan sehari-hari, tetapi mereka bertekad mempertahankannya untuk menjadi penanda di wilayah tersebut. Dulu ukuran Sendang Wonodri termasuk lebar, tetapi karena banyaknya pembangunan di sekitar sendang, kini ukurannya menjadi seperti yang terlihat, tidak terlalu besar.
“Dulu itu ukuran sendang bisa dibilang lebar. Tapi karena pembangunan di sekitar sendang, saat ini Sendang ukurannya ya hanya seperti yang terlihat saat ini,” ucapnya.
Wilayah Wonodri Sarat Penanda Sejarah, Sendang Tempat Sunan Kalijogo Singgah
Tri melanjutkan, dari berbagai cerita turun menurun, Sendang Wonodri pernah Sunan Kalijaga singgahi ketika sedang mencari kayu jati untyk tiang Masjid Agung Demak. Oleh karena itu, Sendang Wonodri juga punya kaitan dengan sejarah Jatingaleh dan Goa Kreo
“Sempat singgah di wilayah Wonodri ini. Dan mengambil air wudhu di Sendang Wonodri itu untuk melaksanakan Salat,” tambahnya.
Storyteller dari Bersukaria Walk Fauzan Kautsar mengkonfirmasi cerita Sunan Kalijaga pernah singgah di Sendang Wonodri, saat mencari kayu jati sebagai bahan saka Masjid Demak. Selain Sunan Kalijaga pernah singgah di Sendang Wonodri untuk melepas penat saat mencari kayu sebagai bahan saka Masjid Demak, juga mengambil airnya untuk berwudlu dan Salat di tempat tersebut.
“Daerah Wonodri dan Pleburan sarat akan sejarah, usia wilayah Wonodri cukup tua karena dalam peta Belanda wilayah ini sudah tercatat,” tuturnya.
Selain menyimpan jejak Sunan Kalijogo yang berkaitan erat dengan Masjid Demak, Jatingaleh, Gua Kreo, Sendang Wonodri juga sering disinggahi Presiden RI kedua Soeharto. Saat memimpin Divisi Diponegoro di Semarang yang kini menjadi Kodam IV Diponegoro, Presiden Soeharto sering bersemedi di lokasi tersebut.
Selain Sendang Wonodri, masih di kawasan tersebut terdapat makam dan situs peninggalan masa lalu. Makam sesepuh Wonodri, Mbah Rukminah dan Rukmini yang merupakan adik tiri Ki Ageng Pandanaran, tokoh yang berkaitan erat dengan berdirinya wilayah yang kini masuk dalam administrasi Kota Semarang. (ADI/PTT)