LENTERAJATENG, SEMARANG – Universitas Diponegoro (Undip) Semarang mempunyai visi membangun masyarakat yang berdaya bukan sekadar memberi bantuan, tetapi membuka jalan menuju kemandirian.
Sustainable Development Goals (SDGs Center) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Center Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Undip bersama dengan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo dan PT PLN (Persero), menghadirkan kolaborasi nyata untuk mengubah potensi pesisir Demak menjadi kekuatan baru.
Melalui inovasi pemanfaatan limbah, program ini tidak hanya menjaga lingkungan namun juga menggerakkan ekonomi lokal, memberdayakan nelayan, ibu-ibu, dan generasi muda pesisir mandiri dalam perekonomian.
Penyerahan bantuan dalam rangka Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) bertajuk “Restorasi Ekosistem dan Pemberdayaan Masyarakat di Wilayah Laut dan Pesisir Utara Jawa Tengah”, digelar di Ruang Sidang Rektor Universitas Diponegoro.
Kegiatan ini menjadi wujud nyata komitmen Undip dalam pengabdian kepada masyarakat, dengan fokus memberdayakan komunitas pesisir, khususnya di Demak.
Rektor Undip Prof Dr Suharnomo SE MSi menegaskan, pentingnya peran perguruan tinggi yang dipimpinnya dalam menjalankan kegiatan yang sejalan dengan tagline, yakni Undip Bermartabat dan Bermanfaat.
“Sebaik-baiknya lembaga adalah yang memberi manfaat bagi masyarakat. Undip berkomitmen agar seluruh aktivitas kampus tidak berhenti di ruang akademik, tetapi sampai ke masyarakat,” kata Prof Suharnomo.
Ia optimis, Undip pasti bisa menjadi yang terdepan. Syaratnya, tidak hanya berhenti pada wacana, tapi benar-benar mengeksekusi dan menjaga komitmen.
Suharnomo menekankan, pentingnya kolaborasi dengan BUMN, antara lain PLN dan Pelindo untuk mewujudkan masyarakat yang lebih berdaya dan sejahtera.
Bantuan yang diserahkan dalam program ini ditujukan untuk mendukung keberlangsungan lingkungan pesisir dan ekonomi masyarakat.
Menurut Manager Komunikasi dan Umum PLN UID Jawa Tengah dan DIY Joko Hadi Widayat, pemanfaatan limbah abu batubara (FABA) untuk pembangunan terumbu karang buatan.
Program ini merupakan langkah inovatif dalam menjaga ekosistem sekaligus menggerakkan ekonomi lokal.
“FABA yang selama ini dianggap limbah, kini menjadi solusi yang laris manis di lapangan. Ini adalah bentuk nyata bagaimana limbah bisa memiliki manfaat luar biasa jika dikelola dengan tepat. Kerja sama dengan dunia akademik seperti Undip menjadi kunci kesuksesan program-program semacam ini,” kata Joko Hadi Widayat.
FABA adalah Fly Ash and Bottom Ash, yaitu limbah sisa pembakaran batubara di pembangkit listrik tenaga uap. Dulu dikategorikan senagai limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), tetapi kini masuk dalam kategori limbah non-B3 terdaftar.
FABA memiliki berbagai manfaat dan dapat dimanfaatkan dalam berbagai sektor, termasuk konstruksi, reklamasi lahan, dan pengolahan air. Pemanfaatan FABA merupakan salah satu cara untuk mendukung pembangunan berkelanjutan dan ekonomi sirkuler.
General Manager Cabang Tanjung Emas Semarang, Hardianto menyampaikan, kolaborasi ini telah menunjukkan dampak ekonomi yang nyata.
“Nilai dari program ini bisa dilihat dari dampaknya. Produk dari limbah ikan yang dulunya hanya bernilai jual Rp 2.500 kini bisa mencapai Rp 10 ribu. Ini menunjukkan keberlanjutan dan potensi pemberdayaan ekonomi lokal yang kuat,” tutur Hardianto yang mewakili PT Pelindo.
Bupati Demak Dr Hj Eisti’anah SE turut hadir dan menyampaikan apresiasinya, atas dukungan dari seluruh pihak yang telah mendukung pemberdayaan masyarakat di wilayah yang dipimpinnya.
“Kami dari pemerintah daerah tidak mungkin bisa bekerja sendiri. Dukungan dari akademisi dan industri sangat penting dalam mengentaskan permasalahan yang ada di daerah kami khususnya kemiskinan dan memperkuat ketahanan pangan,” tuturnya.
Harapannya program ini dapat berlanjut dan menjangkau lebih banyak masyarakat yang membutuhkan. Ia juga menyoroti pentingnya program beasiswa dari Undip dan pendidikan sebagai solusi jangka panjang.
Acara ini juga dihadiri oleh masyaraka dari tiga desa yang menjadi target pemberdayaan. Kesan mendalam juga datang dari masyarakat penerima manfaat, salah satu perwakilan menyampaikan rasa terima kasih atas pendampingan yang konsisten dari Tim Undip melalui pelatihan berbasis swadaya.
“Kami tidak hanya mendapatkan bantuan, tapi juga pendampingan yang berkelanjutan. Mulai dari nelayan, ibu-ibu PKK, hingga karang taruna, semuanya dibimbing untuk bisa mandiri dan bermanfaat,” kata salah satu perwakilan masyarakat.
Masyarakat berharap agar pendampingan tidak berhenti, kegiatan ini menjadi bukti bahwa pengabdian kepada masyarakat tidak bisa dilakukan sendiri. Dibutuhkan sinergi antara dunia akademik, industri, dan pemerintah untuk mewujudkan program yang berkelanjutan dan berdampak luas.