LENTERAJATENG, SEMARANG – Dra Oerip Lestari, atau yang akrab disapa Mbak Oeoel meluncurkan buku ketiganya yang berjudul ‘Membangun Asa Untuk Semua’. Buku tersebut berisi tiga bagian perjalanan kehidupan Mbak Oeoel sebagai ibu, seorang ‘ekonom’ dan artikel-artikel kritis karyanya.
Peluncuran buku ini dilakukan di Rumah Kuno di Jalan Kiai Saleh nomor 15, Sabtu (14/1/2023). Di suasana siang hari yang hangat, peluncuran dihadiri segenap kawan perjuangannya. Turut hadir Ketua Mahkamah Konstitusi Prof Arif Hidayat, anggota DPRD Jateng Soetjipto dan wartawan senior Sasongko Tedjo.
Rasa terima kasih disampaikan oleh anggota DPRD Jateng, Soetjipto. Ia yang dulunya juga seorang jurnalis di harian sore Wawasan.
“Kami menerima gagasan, ide dan opini Mbak Oeoel pada waktu itu. Pemikiran beliau teratur dan kontinyu, baik di bidang perempuan, kemasyarakatan, ekonomi, dan politik,” kata Pak Tjip, sapaan akrabnya.
Kesan yang haru juga disampaikan oleh putra semata wayangnya, Indra Ashoka. Sembari berkaca-kaca, ia mengutarakan terima kasihnya kepada Oeoel sebagai ibu dan juga guru.
“Terima kasih ma, karena tanpa mama saya tidak bisa di titik ini,” tandasnya.
Tiga Bagian Buku
Buku ‘Membangun Asa Untuk Semua’ berisi 216 halaman dan ditulis menjadi tiga bagian. Bagian pertama berisi artikel pengalaman selama kehidupan berkeluarga.
Bagian kedua berisi artikel yang berhubungan dengan pengetahuan dalam pendidikan formal terutama keberadaannya sebagai ekonom. Kemudian ketiga, berisi artikel yang mengkritisi keadaan masyarakat.
Sebagai seorang ibu dan wanita karir, Oeoel memaknai keluarga tidak hanya sebagai hubungan biologis. Ia menempatkan rumah sebagai ruang-ruang kaderisasi.
Oeoel juga memiliki kiprah besar saat ia menjadi pejabat Pemprov di Badan Penanaman Modal Daerah (BPMD) atau yang ia sebut Deparlu (Depan Pasar Bulu). Mengingat lokasi kantor tersebut berada di seberang Pasar Bulu.
Pada salah satu tulisannya, Oeoel mengulas mengenai ekonomi yang potensial bisa muncul dari penanaman modal. Kemudian terjalinnya sister city antara Jawa Tengah dan Queensland, Australia juga dikulik habis olehnya.
Tulisannya yang lugas, juga dengan berani mengkritisi kondisi kemasyarakat saat ini. Bahkan menyentuh soal branding Pancasila. Menurutnya, selling point atau nilai jual Pancasila penting untuk dirumuskan kembali.
Bagi Oeoel, seorang ksatria ialah orang yang karena keluhuran budinya, konsekuen membela tanah air. Seperti Kumbakarna yang meski tak setuju dengan kakaknya Rahwana yang membawa Shinta. Ia tetap melakukan pengabdian terakhir dengan prinsip ‘right or wrong is my country’.