LenteraJateng, SEMARANG – Museum Mandala Bhakti menyimpan kepingan sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia. Namun, keberadaanya sering terlupakan meski terletak di jantung Kota Semarang.
Deretan kendaraan roda empat dan kadang roda enam (bus), berjajar di halaman depan. Demikian pula di halaman samping kanan maupun kiri dan belakang, berjubel mobil-mobil warga maupun wisatawan yang ingin sekedar mencicipi panganan.
Hiruk pikuk pembeli, pelayan atau penjual di masing-masing kedai mempuat suasana bangunan bercat putih yang berada di selatan Tugu Muda Semarang itu hidup. Suasana tersebut seakan-akan hilang begitu pengunjung masuk ke dalam Museum Madala Bakti. Tenang, temaram dan terkesan angker ketika menjelajah di dalam bangunan Museum perjuangan Mandala Bakti.
Berada di sekitar Tugu Muda, museum ini sering terlewatkan begitu saja oleh para wisatawan maupun masyarakat Kota Semarang. Daya tariknya masih kalah dari Lawang Sewu dan gerai kuliner yang ada di kompleks museum ini.
Padahal, Museum Mandala Bhakti berisi sejarah perang selama masa kemerdekaan berikut persenjataannya. Juga perjalanan perang gerilya Pangeran Diponegoro melawan VOC Belanda pada abad ke-19.
Bangunan museum awalnya adalah kantor Pengadilan Tinggi Hindia Belanda atau Raad Van Justitie yang berdiri pada tahun 1906. Setelah Jepang berkuasa, gedung ini berfungsi sebagai Markas Polisi Militer atau Kenpeitai.
Pada 27 Desember 1945, Tentara Keamanan Rakyat (TKR) merebut gedung ini dan menggunakannya sebagai Markas Divisi III Jawa Tengah. Kemudian, pada 1 Maret 1985 gedung ini beralihfungsi menjadi museum.
Berbagai Lukisan di Bagian Dinding, Museum Mandala Bhakti Terlupakan
Memasuki Museum Mandala Bhakti pengunjung akan mendapati lukisan hutan, gunung, dan keindahan alam yang masih asri pada bagian dindingnya.
Lukisan tersebut menggambarkan kondisi tanah Jawa di masa lampau. Terlihat rumah adat Jawa beserta penduduknya yang masih sangat sederhana.
Pada bagian lain, terlukis dengan jelas gambaran berlangsungnya Perang Diponegoro, pengunjung bisa mengetahui kisah perjuangannya saat berperang melawan VOC Belanda di tanah Jawa.
Iringan ornamen yang mengikuti setiap langkah membuat pengunjung semakin tertarik tentang perjuangan putera Hamengkubuwono III itu. Di setiap lorong yang menuju ke ruangan berikutnya, terdapat lukisan lukisan yang menceritakan jejak Perang Diponegoro.
Tidak hanya lukisan lukisan saja yang ada dalam museum itu, pengunjung akan menjumpai ruangan yang bernama Ruang Diponegoro yang berisikan foto ketika akan perang dengan menggunakan kuda.
Terdapat pula jubah, kursi tamu, tempat salat, padasan, senjata, batu dan foto para pahlawan yang bergabung saat perang pada tahun 1825 -1830 tersebut.
Selanjutnya pengunjung akan menjumpai ruang studio Java War sebagai tempat pemutaran film perjuangan pangeran dari kerajaan Mataram itu.
Bermacam-macam pistol dan alat perang dapat pengunjung temukan di setiap ruangan. Pistol tersebut merupakan koleksi yang berasal dari berbagai negara.
Tidak hanya itu saja, di sana juga terdapat bermacam alat perang, bendera, patung para tokoh yang ikut serta dalam perang, meja bedah, peristiwa PKI, dan pakaian saat perang.
Ruangan yang terakhir yaitu perpusatakaan, yang terletak di dekat pintu keluar museum. Ruangan ini menyimpan berbagai koleksi buku dari zaman perang hingga saat ini. Para pengunjung bisa membaca di tempat yang sudah di sediakan.
Pelayanan Tiket
Dili Sulaiman, penjaga museum mengaku pengunjung harian di Mandala Bhakti berjumlah sekitar 30 -50 orang per harinya. Di akhir pekan, sedikit meningkat di angka 60 – 70 pengunjung.
“Sejak kompleks museum renovasi, belum ada peningkatan pengunjung yang signifikan. Mungkin karena masih terbatasa kondisi pandemi Covid-19,” kata Dili.
Meski di kompleks Museum Mandala Bhakti telah tersedia berbagai restoran, café, dan aneka kuliner lainnya, ternyata hal tersebut tidak membuat museum ramai pengunjung. Mereka yang datang hanya melewati museum saja.
“Selama ini, yang datang sebagian besar adalah keluarga bersama anak-anak. Masih sedikit dari pengunjung foodcourt yang kemudian mampir ke sini,” jelas dia.
Untuk pelayanan kunjungan, Museum Mandala Bakti buka pada hari Senin – Jum’at pukul 07.30 – 15.00 WIB dan Sabtu – Minggu pukul 08.00 – 16.00 WIB. Tiket seharga Rp 5 ribu tanpa guide.
Akses menuju Museum Mandala Bhakti sangat mudah, letaknya yang berada di pinggir jalan raya dan berada di tengah Kota Semarang. Pihak museum juga memfasilitasi pengunjung dengan tempat parkir yang luas untuk menampung motor, mobil, maupun bus.
Jika lapar, pengunjung bisa memilih tempat makan yang tersebar di sekeliling museum. Selain itu wisatawan dapat menjumpai banyak penginapan di sekitarnya.