LenteraJateng, SEMARANG – Manusia ternyata bisa menjadi pembawa virus penyakit mulut dan kuku yang terjadi pada hewan. Maka, para peternak sebaiknya berhati-hati.
Hal ini diungkapkan oleh drh Khoirunnisa, veteriner muda Dinas Pertanian Kota Semarang. Dokter Anis, sapaannya mengatakan bahwa manusia berperan sebagai pembawa atau carrier virus PMK.
“Penularannya bisa melalui kontak virus dari manusia, alat dan sarana yang terkontaminasi dari peternakan yang mengalami wabah PMK,” kata Dokter Anis.
Virus PMK bertahan di saluran pernapasan manusia selama dua hari. Sehingga, peternak maupun petugas wajib menggunakan masker dan melakukan disinfeksi.
“Kalau bisa ya tidak berpindah-pindah kandang untuk sementara waktu. Juga jangan memasukkan ternak baru dulu sebagai langkah antisipasinya,” lanjutnya.
Secara klinis, gejala yang nampak dari hewan yang terpapar PMK berupa demam tinggi, napas terengah-engah, pincang, hipersaliva hinggra air liur berbusa, dan hewan lebih sering berbaring.
“Masa inkubasi virus mulai 1 – 14 hari. Beberapa kasus muncul gejala klinis setelah tujuh hari,” terang dokter Anis.
Hal ini kemudian menyebabkan penurunan produksi susu sapi perah dan penurunan berat badan secara cepat. Apabila wabah ini tidak segera tertangani, akan menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar.
“Kerugian yang dapat kita alami akibat PMK secara nasional bisa mencapai Rp 9,9 triliun. Dampaknya adalah kita kehilangan produksi, kerugian perdagangan, industri terkait, dan juga ketakutan konsumen,” beber Anis.
Prayitno seorang peternak sapi mengungkapkan, adanya wabah PMK ini membuat was-was segenap peternak. Mengingat sebentar lagi permintaan mengenai hewan kurban akan meningkat pada Hari Raya Idul Adha.
“Kami mengambil langkah waspada. Seperti meningkatkan kebersihan kandang dan menguatkan imunitas pada hewan ternak kami,” ungkapnya.
Selain itu, kandang khusus isolasi hewan yang bergejala juga ia siapkan sebagai langkah antisipasi. Pemeriksaan secara berkala turut dilakukan setiap pagi dan sore hari.
Editor: Puthut Ami Luhur