LenteraJateng, SEMARANG – Kegiatan Pramuka merupakan ajang menempa diri dan menjalin persaudaraan antar anggota lainnya. Tak terkecuali di Jawa Tengah, Pramuka golongan Penegak dan Pandega punya cara sendiri untuk mempererat persaudaraan tersebut.
Golongan Penegak adalah anggota Pramuka dengan rentang usia 16 – 20 tahun. Sedangkan untuk Pandega yakni anggota dengan usia 21 – 25 tahun. Lebih dari usia tersebut, berarti telah menjadi anggota Pramuka dewasa.
Di Jawa Tengah, selepas kegiatan bagi Penegak dan Pandega, terdapat acara puncak di malam terakhir yang sering disebut Malam Cakra. Acara tersebut dikemas dengan meriah sebagai bentuk refleksi dan juga pesta kebersamaan sesama peserta yang sedang berkegiatan bersama.
Malam Cakra adalah akronim dari Cakra Adhi Birawa yang merupakan slogan Dewan Kerja Daerah (DKD) Jawa Tengah.
Malam Cakra biasa digelar dalam kegiatan seperti Raimuna, Perkemahan Wirakarya, Perkemahan Antar Satuan Karya, dan kegiatan lainnya di tingkat provinsi Jawa Tengah. Kecuali dalam Sidang Paripurna dan Muspanitera, Malam Cakra rutin digelar di malam terakhir kegiatan.
Ketua DKD Jateng, Ricky Haryanto menyampaikan, Malam Cakra sebagai malam persaudaraan dan malam terakhir mereka berjumpa dengan teman-teman dalam kegiatan. Sebelum nantinya para peserta kegiatan akan kembali ke kontingen atau daerah asal masing-masing.
“Malam Cakra menjadi malam spesial yang sangat ditunggu-tunggu. Dan menjadi ciri khas kegiatan Penegak Pandega di Jateng,” kata Ricky.
Hal ini menjadikan malam keakraban bagi Pramuka Penegak Pandega Jawa Tengah. Harapannya Malam Cakra menjadi momen perpisahan dan titik awal persahabatan.
“Pertemanan dan keakraban tidak hanya selama kegiatan, tapi juga setelah kegiatan masih tetap berkomunikasi masih berkolaborasi. Termasuk menjalin silaturahmi dan kerjasama baik antar Penegak Pandega, antar Kwartir Cabang, Gugus Depan, antar Satuan Karya dan sebagainya,” tandasnya.
Sebagai Malam Refleksi, Malam Cakra Pesta Puncak Kegiatan Pramuka Penegak Pandega Jawa Tengah
Sementara, purna DKD Jateng yang juga Wakil Ketua Bidang Bina Satuan, Agung Suparyoko mengungkapkan, di era tahun 1980an, acara di malam terakhir kegiatan diisi dengan malam refleksi.
“Malam refleksi yang merupakan pengendapan dari apa yang sudah kita lakukan selama kegiatan. Kita merefleksikan, introspeksi apa yang bisa kita lakukan dan apa yang nanti akan kita lakukan,” bebernya.
Meski di era saat ini Malam Cakra dikemas dengan meriah, Kak Yoki, begitu sapaannya, tak menampik bila Malam Cakra menjadi malam kegembiraan bagi semua peserta kegiatan yang hadir.