LenteraJateng, UNGARAN – Telomoyo Cup kembali digelar dengan lokasi pendaratan di Desa Sraten, Tuntang, Kabupaten Semarang. Namun, terdapat kendala dalam proses pendaratan bagi para atlet olahraga dirgantara ini.
Wakil Sekjen PB Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) Ersy Nuzul Firman menjelaskan, kondisi cuaca yang sepanjang tahun ini terjadi hujan, membuat pendaratan mengalami kendala. Apalagi waktu terbang yang juga terbatas, yakni pada pukul 13.00 WIB.
“Jadi seperti yg kita lihat sekarang, cuaca memang tidak optimal. Tempat pendaratan yang di persawahan yang biasanya kita bisa memilih yang kering. Tahun ini hampir 100 persen basah,” ucap Ersy, kepada awak media, Selasa (13/9/2022).
Kondisi yang sering hujan juga membuat cuaca susah diprediksi. Hal ini membuat kejuaraan harus ditunda selama beberapa waktu.
“Kemarin kami baru bisa terbang sekitar jam 14.00 WIB siang. Itupun kami tidak bisa melaksanakan lomba, karena biasanya lomba tu harus dilaksanakan sebelum jam 12.00 atau maksimal jam 13.00 WIB,” bebernya.
Kendati demikian, pelaksanaan Telomoyo Cup 2022 ini menjadi bukti bagi para atlet lokal maupun internasional, bahwa FASI telak kembali aktif menyelenggarakan kegiatan.
“Jadi Telomoyo Cup ini setelah 2020 – 2021 kami vacum karena pandemi. Tahun ini kami selenggarakan lagi dan khusus tahun ini, unik ya,” jelas Ersy.
Namun ia berharap, kejuaraan untuk Aero sport Telomoyo Cup bisa kembali berjalan normal di tahun yang akan datang.
Sekitar 39 atlet yang berasal 9 provinsi mengikuti kejuaraan gantole Telomoyo Cup. Mereka berasal dari Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jogjakarta, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Sumatera Barat.
Telomoyo Cup kali ini semakin penting sebagai ajang pemanasan jelang PON XXI Aceh & Sumut 2024. Mengingat tahun depan adalah ajang Pra PON, kejuaraan yang menentukan atlet yang berhak lolos mengikuti PON 24.
Lokasi Permanen, Kendala Pendaratan Telomoyo Cup 2022 Akibat Kondisi Cuaca
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menyebut lokasi landing atau pendaratan memang masih menjadi kendala. Harapannya, lokasi pendaratan bisa dibuat permanen agar bisa menjadi kegiatan rutin.
“Sehingga kalau ini kita garap, kita atur, sport-nya dapet, tourism-nya dapet. Maka kita bisa minta dukungan sebenarnya dari pemerintah daerah, apakah dari propinsi, kabupaten, ataupun BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai),” tandas Ganjar.