LenteraJateng, SEMARANG – Lakon ‘Sang Bima’ dimainkan dalam pementasan Wayang On The Street tadi malam. Para penonton mendapat suguhan cerita tentang kepatuhan Bima atau Brotoseno terhadap gurunya.
Anak kedua dari anggota Pandawa itu dikisahkan memiliki kesabaran dan keteguhan hati luar biasa karena didikan sang guru.
Budi Lee, sebagai art director menjelaskan, lakon berawal dari ketika kelahiran Bima ini lahir. Kemudian ketika ia mulai beranjak dewasa dan memberantas kejahatan. Bima juga mengikuti perintah gurunya untuk mencari ilmu jati diri
“Kami mengambil nilai-nilai yang terkandung dalam kepahlawanan sang Bima yang merupakan pejuang sejati. Dia mempunyai jiwa kestaria dengan tulus ikhlas selalu mengikuti perintah guru,” kata Budi, Jumat (12/8/2022).
Dalam mencari jati diri itu, Bima juga tak luput meminta restu kepada ibundanya, Dewi Kunthi. Di hadapan keempat saudaranya, ia memohon diri untuk pergi mencari ilmu.
Bima kemudian berkelana dan mengalahkan para butha. Kemudian, ia terjun ke samudera dan akhirnya bertemu dengan Dewa Ruci.
Sekitar 77 orang terlibat sebagai talent dalam pertunjukan ini. Ditambahan dengan tata lampu dan tata panggung yang semakin meramaikan pentas.
“Seniman ada dari Ngesti Pandowo, Tirang community, juga karawitan Kidung suwara. Kami berkolaborasi dengan vendor yang mendukung pentas ini,” beber Budi.
Budi pun menilai antusias penonton dalam pementasan Wayang On The Street luar biasa. Hal ini menunjukan bahwa mereka memberikan apresiasi terhadap seni tradisi.
“Sebuah pertunjukan ketika penonton masih duduk disitu sampe selesai closing, sesuatu yang luar biasa. Kalau generasi sekarang bilang wayang bikin ngantuk, wah enggak,” jelas Budi.
Menurutnya, yang diperlukan saat ini adalah mengemas seni pertunjukan sesuai zaman. Pertunjukan menjadi sangat menarik dan mempunyai nilai edukasi.
Antusias Penonton Tak Pernah Surut, Lakon ‘Sang Bima’, Kepatuhan dan Jiwa Ksatria Putra Pandawa
Sementara itu, Danish yang setia melihat pertunjukan Wayang On The Street sejak Maret lalu, terkesan dengan penampilan malam ini. Meski hampir enam bulan berlalu, menurutnya, antusias penonton menurutnya tak pernah surut.
“Dari beberapakali pentas yang sudah lalu, tadi malam penampilan yang luar biasa. Alur ceritanya menarik dan didukung dekorasi panggung yang bagus,” bebernya.
Pemindahan tempat dari Oudetrap Teater ke halaman Laroka juga menurutnya menjadi solusi karena mengingat selama ini penonton terlalu berdesakan di tribun teater yang tidak bisa menampung banyak.
“Wayang On The Street juga menambah semangat nasionalisme khusus di bidang kebudayaan. Harapan saya pelestarian budaya tetap ada kapanpun,” tandasnya.