LenteraJateng, TEGAL – Nilai indeks kerukunan umat beragama di Kota Tegal naik selama dua tahun berturut-turut, yakni sekitar 4,93 persen.
Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono menyampaikan, pada 2020 nilai indeks kerukunan umat beragama di wilayahnya mencapai 67,46 persen. Lalu, pada 2021, nilai tersebut naik menjadi 72,39 persen.
Menurutnya, angka tersebut menunjukan tingginya tingkat toleransi beragama oleh masyarakat Kota Tegal. Hal ini juga dapat melihatt dengan minimnya konflik yang sebabkan oleh masalah keagamaan.
“Harus terus kami pertahankan dan tingkatkan. Momen Hari Santri Nasional ini bisa manfaatkan untuk mengingatkan kembali pentingnya toleransi, dalam menjaga kerukunan antarumat beragama di masyarakat,” kata Dedy Yon, pada acara Sarasehan Kebangsaan dalam Rangka Peringatan Hari Santri Nasional Kota Tegal tahun 2022, di Ruang Adipura Komplek Balai Kota Tegal.
Menurut Dedy Yon, pada hakikatnya para santri adalah pemuda dan pemudi yang tengah berjuang dalam menuntut ilmu. Mereka, dengan pemikiran kritis yang masih berkembang, mengamati apa saja yang sedang terjadi di sekitar mereka, dan memikirkan apa yang bisa untuk bangsa dan negara Indonesia lebih maju dan sejahtera, di masa yang akan datang.
Bijak di Era Digital, Indeks Kerukunan Umat Beragama di Kota Tegal
Sementara di Kota Pekalongan, Wakil Wali Kota Pekalongan Salahudin, mendorong santri untuk menggunakan keunggulan spirit agama ajaran pondok pesantren. Berdasar Al Quran untuk menghadapi era digital dengan bijak.
“Menghadapi era digital yang sekarang serba cepat, mereka harus mengombinasikan antara kitab klasik yang tercetak dan kemudahan teknologi untuk mendapatkan sumber ilmu yang handal,” tuturnya dalam kegiatan seminar Hari Santri Nasional, di ruang Jlamprang kantor Setda setempat, Kamis (19/10/2022).
Salahudin juga mengajak para santri untuk memahami bahwa lahirnya Bangsa dan Negara Indonesia dari perjuangan, oleh tokoh- tokoh agama.
“Sejarah harus terus pelajari karena generasi berganti. Santri sekarang harus tahu perjuangan pendahulunya yang sudah meninggal, maupun yang sudah jadi Kiai. Sekarang, ketika negara sudah berdiri kami berharap para santri menjaga negara ini dengan ilmu yang dimiliki,” tuturnya.
Ketua Panitia Festival HSN 2022 Muhlisin mengungkapkan, salah satu kebanggan bagi para santri yaitu adanya pengakuan dari pemerintah daerah bahwa kehadirannya tidak lagi marjinal. Satu di antaranya dengan diakuinya pondok pesantren sudah sebagai lembaga pendidikan yang kompeten.
Ia berharap, para santri memahami sejarah berdirinya negara ini agar menumbuhkan rasa cinta tanah air. Sekaligus kontribusi besar dari santri di masa depan.