LENTERAJATENG, SEMARANG – Warga Perumahan Dinar Indah seolah mulai terbiasa dengan kejadian banjir bandang yang menimpa tempat tinggal mereka. Material lumpur yang tertinggal, barang elektronik yang rusak, dan pakaian kotor akibat terendam banjir, menjadi pemandangan lumrah bagi mereka.
Di awal tahun 2023 saja, sudah terjadi dua banjir bandang di kawasan RT 01 RW 26 tersebut. Banjir disebabkan oleh jebolnya tanggul Kali Pengkol yang berada tepat di sebelah perumahan.
Banjir pertama terjadi pada Sabtu (6/1/2023) lalu. Secara tiba-tiba, tanggul jebol dan air meluap menggenangi rumah warga hingga mencapai ketinggian tiga meter.
Bahkan seorang warga disabilitas meninggal dunia karena tak bisa menyelamatkan diri. Ia diduga terkunci di dalam rumah saat banjir terjadi sekitar pukul 15.00 WIB.
Kemudian banjir kembali terjadi pada Sabtu (18/2/2023) dengan ketinggian 1,5 meter. Meski tak setinggi Januari lalu, namun warga masih harus mengungsi dan bantuan pembersihan dikerahkan di lokasi tersebut.
Sedikit angin segar bagi warga ketika di pinggir Kali Pengkol telah terpasang alat early warning system (EWS). Saat air mulai tinggi, alarm berbunyi dan warga bisa segera menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi.
Sejak pagi, kendaraan pengangkut air lalu lalang masuk ke kawasan RW 26. Kendaraan alat berat juga diterjunkan untuk melalukan pembersihan sisa-sisa lumpur.
Sejumlah wanita paruh baya juga terlihat sedang membersihkan pakaian yang bercampur lumpur di sebuah selokan tak jauh dari rumah mereka. Warga lainnya wara-wiri membawa barang-barang rumah tangga yang masih bisa diselamatkan.
Tak Ada Tanggungjawab Pengembang
Kris (47) warga setempat, menaruh harap pada pemerintah untuk bisa memberikan solusi dan hunian layak bagi warga Dinar Indah yang terdampak banjir. Mengingat selama ini, mereka tak mendapatkan kompensasi maupun pertanggungjawaban dari pengembang.
“Harapan saya direlokasi. Dimana saja mau yang penting aman. Di aset pengembang juga mau. Di sini banyak aset pengembang, di komplek ini. Kalau pengembang keluar, kita bisa ngomong baik-baik. Kalau kaya gini bingung, pemerintah bingung mau bagaimana,” kata dia, Senin (20/2/2023).
Saat ini, Kris masih tinggal sementara di masjid terdekat mengingat cuaca tidak besahabat. Ia was-was jika banjir terjadi lagi. Tak sedikit pula yang mengungsi ke rumah saudara atau kerabat mereka.
“Saya sudah tinggal disini dari 2013, termasuk yang pertama. Banjir pertama saya mengalami,” lanjutnya.
Senada, seorang warga yang enggan disebutkan namanya menuturkan, pihaknya saat ini membutuhkan tempat relokasi yang layak.
“Ini (warga) sementara ada yang mau ngontrak, ada yang mau ngekos. Pemerintah mau memindahkan ke Rusunawa, tapi banyak yang tidak setuju. Rugi, soalnya beli rumah dan tanah, kok di pindah ke rusunawa,” tandasnya.