LenteraJateng, SEMARANG – Angka kematian Covid-19 meningkat di Kota Semarang, sejak awal tahun 2022. Peningkatan angka kematian tersebut kemudian menjadikan Kota Semarang berada pada PPKM level tiga berdasarkan Inmendagri 12 Tahun 2022.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menjelaskan, sesuai Inmendagri tersebut mengikuti aturan pemerintah pusat mengingat jumlah penderita Covid-19 di Kota Semarang meningkat drastis. Dari data yang ada, jumlah penderita Covid-19 di Kota Semarang per Selasa (22/2/2022) ada 746 kasus. Sebanyak 587 merupakan warga Semarang dan 159 warga luar kota.
“Angka kematian meningkat, kasus kematian ada 53 orang selama periode 2022. Sebanyak 24 orang merupakan komorbid lansia, sedangkan 29 lainnya belum mengikuti vaksinasi lengkap ataupun belum melaksanakan vaksin,” kata Hendi, sapaan akrabnya kepada LenteraJateng, Selasa (22/2/2022).
Ia mengaku, telah menurunkan peraturan wali kota yang mengatur pembatasan aktivitas masyarakat pada PPKM level tiga ini di mana akan ada pembatasan kegiatan sampai pukul 21.00 WIB.
“Kecuali tempat hiburan, PKL, restoran masih bisa buka sampai pukul 22.00 WIB,” tambahnya.
Selain itu, kegiatan ataupun tempat usaha yang semula boleh 75 persen dari kapasitas yang ada, kini harus menjadi 60 persen. Hal ini berlaku untuk tempat ibadah, pusat perbelanjaan, dan tempat hiburan.
“Kemudian kegiatan pernikahan juga ada pembatasan, hanya 25 persen saja dan tidak boleh makan di tempat,” tuturnya.
Penegakan dan Pengawasan Bersama TNI-Polri, Angka Kematian Covid-19 Meningkat
Penegakan aturan dan pengawasan masih menurut Hendi, akan terus bersama TNI dan Polri. Jika ada tempat usaha yang melanggar, Hendi menyebut akan ada sanksi penyegelan sampai pencabutan ijin usaha.
“Kami akan lakukan penertiban perwal dan Inmendagri, kalau ada yang ngeyel atau melanggar bisa kami cabut ijinnya. Nanti penegakan oleh Satpol PP, TNI dan Polrsi, sampai ke lurah dan camat,” jelasnya.
Hendi juga menjelaskan jika saat ini bed occupancy ratio (BOR) rumah sakit di Semarang 39 persen dari total kapasitas 1.200 tempat tidur. Angka tersebut masih separoh, jika melihat Juli tahun lalu yang kapasitas tempat tidur sebanyak 2.200 tempat tidur. Kondisi isolasi terpusat pun masih berada pada presentase 19 persen dari tiga tempat isolasi yang ada.
“Kami buka isolasi terpusat di LPMP Srondol, sebelumnya ada rumah dinas dan MHC Marina. Beberapa lainnya masih belum buka, namun siap buka jika kasusnya meledak. Tapi saya minta masyarakat tidak perlu risau, galau, intinya adalah tetap waspda,” tuturnya.
Editor: Puthut Ami Luhur