LenteraJateng, SEMARANG – Vaksinasi penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak di Jateng gagal capai target. Seharusnya, capaian vaksinasi PMK bisa menyentuh 100 persen pada 2 Juli lalu.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Jateng Agus Wariyanto menjelaskan mengapa vaksinasi ini belum mencapai target hingga saat ini. Sejumlah permasalahan menjadi kendala dalam proses vaksinasi tersebut.
“Permasalahannya antara lain terbatasnya (sumber daya manusia) SDM tenaga dokter hewan di lapangan sebagai petugas vaksinator. Kemudian tingkat kesulitan di lapangan yang harus menjangkau ternak karena medan dan lokasinya tersebar,” kata Agus, ketika dikonfirmasi pada Rabu (13/7/2022).
Selain itu, lanjut Agus, sarana dan prasarana di beberapa lokasi relatif terbatas. Beberapa kendala inilah yang menjadi penyebab tidak tercapainya target vaksinasi PMK di Jateng per 2 Juli 2022.
Hingga hari ini, vaksinasi PMK di Jateng baru mencapai 78,4 persen atau sebanyak 62.628 ekor. Padahal, pemerintah telah mengalokasikan 79.900 vaksin sejak Juni lalu.
Sebagai informasi, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan telah menargetkan vaksinasi PMK untuk Jateng mulai tanggal 25 Juni sampai dengan 2 Juli 2022.
Alokasi Vaksin Berbeda-beda Tiap Daerah, Vaksinasi PMK di Jateng Gagal Capai Target
Merujuk dari data rencana pelaksanaan vaksinasi PMK basis data populasi ternak kabupaten atau kota Jateng, Blora mendapat alokasi tertinggi, yakni 11 ribu vaksin.
Sedangkan terendah adalah Kota Tegal, Kota Surakarta, Kota Magelang dan Kota Pekalongan yang masing-masing hanya mendapat 100 alokasi vaksin.
“Sebenarnya kami sudah hitung, rata-rata Jateng itu alokasinya 4 persen. Blora kenapa bisa banyak, karena mereka sangat siap,” kata Agus.
Penyesuaian sesuai kemapuan daerah tersebut, lanjutnya, agar penyerapan vaksinasi PMK bisa maksimal. Sehingga, tidak ada vaksin yang terbuang sia-sia karena belum bisa terpakai.
“Karena sudah kami tawarkan, ternyata ada kesulitan, baik dari sarana prasarana dan SDM, Jadi kami tawarkan, kuatnya berapa, itu yang kami alokasikan,” paparnya.
Kemudian vaksin ini kan, diperuntukan untuk ternak yang sehat, sedangkan yang sakit harus melalui proses pengobatan.
“Karena kita sudah tawarkan, ternyata ada kesulitan, baik dari sarana prasarana dan SDM. Jadi sudah kami tawarkan kuatnya berapa, itu yang kami alokasikan,” beber Agus.
Lebih lanjut, setiap satu botol vaksin PMK, berisi 100 dosis. Sehingga, dalam implementasinya satu botol harus habis secara keseluruhan.
“Jadi tingkat serapannya memang agak terlambat. Tapi saya yakin bisa terpenuhi,” tutup Agus.