LENTERAJATENG, LASEM – Tim Kedaireka Unika Soegijapranata luncurkan metaverse ruang pamer Batik Lasem, dengan platform metaversebatik.com. Ide gagasan pembuatan ruang pamer Batik Lasem dengan menggunakan metaverse, menurut Ketua Tim Peneliti Prof Dr Ridwan Sanjaya MS IEC, merespon kondisi terkini.
Menurutnya, pandemi Covid-19 membuat pameran yang biasanya para perajin batik ikuti di berbagai kota tidak terselenggara karena ada berbagai pembatasan. Demikian pula kunjungan wisatawan mancanegara maupun domestik ke Lasem Rembang, menjadi jauh berkurang.
Kondisi tersebut bertambah dengan beratnya akses menuju Lasem, jika melalui Kota Semarang. Sepanjang jalur Pantai Utara (Pantura) dari Kota Semarang ke arah Timur, ada beberapa ruas yang mengalami perbaikan.
Antrian panjang kendaraan, di sepanjang ruas Pantura Timur membuat pelancong mengurungkan niat karena waktu tempuh menjadi melelahkan. Terakhir, perbaikan jembatan di Wonokerto Demak, membuat waktu tempuh menuju Lasem semakin lama.
“Merespon fenomena tersebut, kami menawarkan gagasan ruang pamer metaverse kepada para pelaku Batik Lasem. Tujuannya, agar mereka bisa menyelenggarakan pameran secara mandiri,” kata Prof Ridwan Sanjaya.
Dengan menyelenggarakan pameran secara mandiri, pelaku Batik Lasem tidak perlu menunggu pihak lain menggelarnya dan kemudian turut serta di dalamnya. Pelaku Batik Lasem, juga bisa melakukan pameran setiap hari, tanpa biaya yang tinggi.
Wisatawan atau pun pecinta batik, tidak perlu jauh-jauh ke Lasem hanya untuk mencari Batik Lasem yang terkenal keindahan dan keunikannya. Mereka hanya perlu membuka ruang metaverse ruang pamer batik hasil produksi para pelaku di Lasem, Rembang.
Ketika masuk ke ruang pamer metaverse yang oleh tim peneliti bangun di mana melibatkan mahasiswa Unika Soegijapranata, pengunjung tidak merasa bahwa berada di “dunia lain”. Pengunjung masih merasa berada di dunia nyata, karena semua yang ada di ruang metaverse hampir menyerupai aslinya.
Dari ruangannya, interior di dalamnya, batik-batik yang dipamerkan, baik yang masih dalam bentuk kain maupun sudah menjadi busana. Batik Lasem yang sudah kreasikan menjadi busana, dipasang di deretan manekin, persis di ruang pamer.
Apresiasi Pemerintah Rembang dan Perajin Batik Lasem, Unika Luncurkan Metaverse Batik Lasem
Pelanggan dapat masuk ke ruang pamer metaverse dari web browser, atau mengenakan kacamata Oculus jika ingin merasakan sensasi yang lebih. Dengan mengenakan kacamata tersebut, mereka merasa seperti benar-benar dalam sebuah ruang pameran.
“Melalui metaverse ini membuat orang bisa melihat secara nyata dalam bentuk 3D produk-produk batik dari pengrajin,” tuturnya.
Kadinas Kominfo Rembang Prapto Raharjo mengapresiasi, metaversebatik.com yang menyuguhkan cara penjualan batik dalam bentuk 3D. Hal itu sangat mendukung program Pemkab yakni Rembang Smart City atau kota cerdas.
“Masukan kami dalam metaverse itu produk dari masing-masing pengrajin batik diberi informasi motifnya apa agar yang berkunjung mengetahui. Dan ditambahkan informasi harga produknya,” tuturnya.
Seorang pengrajin Batik Lasem Rudi mengaku, platform metaverse terbilang baru bagi pengrajin batik di Lasem. Selama ini mereka cenderung menjual melalui offline dan online seperti media sosial dan marketplace.
“Platform metaverse ini bagus, menjadi tambahan media kami untuk menjual produk batik, jangkauannya ini bisa lebih luas sampai luar negeri,” tuturnya.
Ia berharap, ke depan semakin banyak pengrajin batik yang bergabung ke dalam metaverse. Karena ini dapat menjadi solusi bagi mereka yang belum memiliki showroom.