LENTERAJATENG, SEMARANG – Target retribusi pasar untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemkot Semarang masih belum maksimal. Pemkot Semarang kini mulai gunakan pembayaran digital untuk tingkatkan target PAD.
“Kemarin kita sudah meluncurkan program e-retribusi di Pasar Johar. Pedagang gak perlu bayar pakai uang tunai, bisa cashless dan langsung masuk ke PAD. Jadi bisa menekan kebocoran,” ujar Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu.
Salah satu upaya yang dilakukan, tentu dengan sosialisasi ke pedagang maupun ke petugas parkir. Karena banyak dari mereka yang belum familiar dengan sistem ini.
“Namun upaya akan terus kami siapkan, agar program ini bisa berjalan maksimal. Dengan pembayaran sistem digital, akan sangat efektif untuk menekan kebocoran dari sektor retribusi,” kata Mbak Ita, sapaan akrabnya.
Sementara Plt Kepala Dinas Perdagangan Kota Semarang, Fajar Purwoto mengatakan, target PAD Dinas Perdagangan memang cukup tinggi yakni sekitar Rp 34 miliar/tahun.
“Di Semarang, ada 52 pasar tradisional namun tidak semuanya aktif. Sehingga serapan retribusi kurang maksimal,” ujar Fajar.
Menurutnya, dari 52 pasar, hanya 36 pasar tradisional yang aktif, sehingga pendapatan retribusi yang masuk hanya Rp 1,6 miliar per bulan.
“Tapi kita genjot lewat PKL-PKL. PKL yang tadinya pasar tiban atau Pasar Minggu sudah kita tarik dan sahkan. Bahkan sudah ada SK (Surat Keputusan) Wali Kota terkait penambahan titik PKL berjualan. Tahun 2023 ini akan ada penambahan 9.000 PKL,” katanya.
Fajar menambahkan, dari target Rp 34 miliar pendapatan asli daerah dari sektor retribusi pasar, PKL, dan lainnya, saat ini capaian pendapatan mencapai Rp 22 miliar.
“Kami optimistis tahun ini target bisa terpenuhi, terlebih sudah ada e-retribusi,” tandasnya.