LENTERAJATENG, SEMARANG – Era digital memberikan peluang dan tantangan secara bersamaan. Namun era ini, akan memberikan peluang bagi siapa pun yang dapat memanfaatkannya dengan baik.
Seperti fenomena munculnya selebgram, selebtok, bahkan selebtwit yang lahir dari berbagai media sosial seperti Instagram, Tik-Tok, bahkan Twitter.
Tiap selebriti yang lahir dari media sosial tersebut sering kali memiliki ciri khas dan konsistensi agar mudah dikenal oleh masyarakat. Hal ini juga merupakan wujud kelihaian dalam mem-banding diri.
Menanggapi hal ini, Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat menyampaikan, para seleb medsos yang kini disebut influencer ini harus tanamkan nilai kebangsaan. Apalagi sebagai influencer personal branding dengan menjunjung nilai-nilai ke-Indonesiaan.
Lestari menuturkan, personal branding yang konsisten dan terus-menerus ini akan mempengaruhi pembentukan persepsi publik terhadap aspek berupa kepribadian, kemampuan, nilai, serta persepsi positif dalam diri individu.
“Karakter kebangsaan yang kuat dapat menciptakan saling menghormati, toleransi. Bila keberagaman tidak dapat dicampurkan dengan baik maka kita tidak dapat mencapai sebuah kemajuan dan cita-cita karakter kebangsaan,” terang Lestari, pada acara Sosialisasi Empat Pilar, Kamis (22/12/2022).
Empat konsensus kebangsaan berupa Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, UUD 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dipegang teguh dan menjadi karakter diri, lanjut Lestari akan menguatkan anak muda dari tantangan globalisasi dan budaya asing.
Yang Harus Dilakukan, Tantangan Era Digital
Senada dengan Lestari, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Semarang, Ayang Fitrianti mengatakan bahwa membangun personal branding yang kuat harus menemukan nilai-nilai dan ciri khas yang akan dibangun.
“Temukan hal yang berkaitan dengan personal kita yang telah melekat pada diri kita. Setiap personal terdapat branding impian yang dapat diucapkan oleh orang lain ketika pertama kali melihat kita,” terangnya.
Meski personal branding adalah wujud representrasi diri pada orang lain, Ayang menyebutkan bahwa personal branding bukan merupakan pencitraan.
“Personal branding adalah branding yang bersifat naluriah, benar-benar dari diri kita. Sedangkan pencitraan adalah branding yang dibuat-buat dan tidak dari diri sendiri,” terangnya memberi pesan.
Dalam acara yang diikuti 150 milenial di Jawa Tengah tersebut juga menghadirkan sosok Frederina Da Gunha yang merupakan kreator digital serta pemusik. Dalam paparannya, perempuan yang akrab disapa Geri memberikan motivasi bagi anak muda yang ingin menekuni dunia kreatif.
“Cari kenyamanan, kesukaan diri sendiri. Walau harus dalam waktu yang lama atau tidak instan namun jika konsisten akan terbaca nyaman dan kesukaan kita di mana,” tutupnya.