LenteraJateng, SEMARANG – Puluhan pipa resapan air di pasang di wilayah Jabungan Banyumanik, Kota Semarang. Pemasangan ini untuk mengatasi persoalan kekeringan di daerah tersebut.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menuturkan, pemasangan pipa resapan ini memiliki efek besar dengan biaya konstruksi yang relatif murah. Untuk itu, ia mengharapkan upaya ini dapat terus berlanjut.
Bersama Universitas Semarang (USM), Hendi, sapaan akrab wali Kota Semarang itu, terus mendorong perbaikan kualitas lingkungan di Kota Semarang.
Penanaman pipa resapan ini, harapannya dapat mengurangi potensi terjadinya genangan air di musim penghujan. Terlebih, USM melakukan inovasi pemasangan pipa resapan secara horizontal.
“Bagus yang dilakukan oleh USM, dengan metode yang sederhana, bisa meresapkan air. Sehingga kita mempunyai cadangan air pada saat kekeringan, juga mengurangi banjir,” tutur Hendi, Kamis (9/6/2022).
Biaya pembuatan yang relative terjangkau, juga menjadi pertimbangan baginya untuk kembali melakukan pemasangan di tahun yang akan datang.
“Jadi ini sederhana karena biaya pembuatannya Rp 1,25 juta. Bismillah kita letakkan di tempat-tempat yang punya potensi kekeringan dan banjir di Semarang,” bebernya.
Puluhan Pipa Resapan Air Dipasang di Dua Lokasi
Pemasangan pipa resapan itu terbagi di dua lokasi. Yakni 45 pipa di Kelurahan Jabungan, Kecamatan Banyumanik dan 45 pipa di Kelurahan Rowosari, Kecamatan Tembalang.
Ke depan, daerah yang telah terpasang pipa resapan dapat meningkat daya serap air hujannya. Hal ini untuk memperbaiki air tanah dan mengurangi debit banjir setiap tahunnya.
Tak lupa, Hendi juga mengucapkan terima kasih atas pengabdian USM untuk mengatasi permasalah kekeringan dan banjir.
“Hal ini penting bersamaan dengan peringatan Hari Lingkungan Hidup dan Lustrum ke-7 USM, bagaimana peran USM bisa terlibat secara aktif mengatasi problem di Semarang,” tandasnya.
Selain itu, ia juga berpesan kepada masyarakat lebih menyadari persoalan isu lingkungan. Apalagi situasi lingkungan menjadi tidak seimbang karena ulah manusia.
“Kalau begitu kita juga turut memperbaiki alam dengan menanam pepohonan, jika pepohonan semakin jarang maka tidak mampu meresap air hujan, banjir dan tidak ada resapan maka air tanah berkurang dan menyebabkan kekeringan,” pungkasnya.
Editor: Puthut Ami Luhur