LenteraJateng, SEMARANG – Pindah ke Penggaron IKM Logam pada awalnya sempat sepi, pada tahun ketiga omset mulai merangkak naik. Awalnya para pelaku industri tersebut beraktifitas di Jalan Barito.
Saat pertama IKM Logam pindah dari Jalan Barito ke kawasan Penggaron kondisi masih sepi, dan mengalami penurunan omset sampai 90 persen. Penurunan omset ini bukan untuk kali pertama bagi para pelaku industri dan usaha di bidang logam tersebut.
Ketua Klaster Logam Sunaryo menyatakan, ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan konversi kompor minyak tanah ke gas. Omsetnya kala itu, juga turun drastis hingga 90 persen.
Sudah tiga tahun, kini bersama pengrajin dan pelaku industri menghuni Pasar Barito Baru Penggaron Pedurungan, Kota Semarang. Omsetnya kini, sudah merangkak naik sampai 50 persen.
Meski begitu sepertiga dari anggota kelompoknya yang berjumlah 63 orang menurut Sunaryo, sudah gulung tikar. Bahkan kios-kios yang semula mereka tempati, kini ada yang dijual karena kosong.
“Mereka menjual toko untuk membuka di rumah, karena lelah menunggu kios yang selalu sepi pengunjung,” kata Sunaryo saat Lenterajateng.com menemui di Jalan Barito, Selasa (11/1/2021).
Menurutnya, banyak yang gulung tikar dan kemudian berjualan di rumah masing-masing karena perputaran ekonomi di Penggaron tidak sebaik di Jalan Barito.
“Kalau di sini banyak orang lalu lalang, ramai yang datang untuk lihat-lihat dulu, baru beli kalau ketemu yang cocok. Serta beberapa masyarakat taunya Barito maka terkenalnya di sini,” tuturnya.
Berdasarkan pantauan di Bugangan, masih ada sekitar belasan orang yang memilih berjualan di rumah masing-masing. Mereka sebelumnya, sempat pindah ke Pasar Barito Baru di Penggaron Pedurungan.
Meskipun sentra industri logam sudah pindah dari Barito ke Penggaron. Namun suasana lalu lalang masyarakat yang melakukan perputaran ekonomi masih terasa.
Kini Pemerintah Kota Semarang, berencana memusatkan industri tersebut ke Sentra IKM Logam di kawasan Tapak Tugurejo, Tugu. Pelaku industri mengaku, siap pindah ke lokasi yang telah dibangun meski belum ada sosialisasi dari pemerintah.
Editor : Puthut Ami Luhur