LenteraJateng, SEMARANG – Pengamatan gerhana bulan total secara perdana berlangsung di Planetarium dan Observatorium UIN Walisongo. Sejumlah pengunjung tampak antusias menikmati fenomena bulan tersebut.
Kepala Planetarium dan Observatorium UIN Walisongo Semarang Ahmad Syifaul Anam mengatakan gerhana bulan total ini menjadi fenomena yang menarik dan jarang terjadi. Pihaknya lalu membuka observasi ilmiah dan edukasi melalui simulasi.
Pengunjung yang didominasi oleh mahasiswa UIN Walisongo itu membludak sejak sore. Sebelum melakukan pengamatan bersama, mereka mengikuti sesi simulasi gerhana di dalam planetarium.
“Kami juga ajak berdoa kepada yang kuasa. Jadi ilmiahnya dapat, sosialisasinya kita berikan, berdoa juga kami kasih,” kata Ahmad, Selasa (8/11/2022).
Ia menjelaskan, peralatan selama observasi menggunakan teropong utama dengan diameter 17 inchi. Kemudian menggunakan tiga teropong kecil lainnya.
“Yang ditangkap oleh teleskop kami tampilkan secara visual. Orang yang tidak bisa mengintip, kemudian bisa melihat melalui tv dan juga streaming,” imbuhnya.
Dengan adanya fenomena gerhana bulan total ini, menurut Ahmad, merupakan kesempatan untuk mengkoreksi hisab-hisab yang ada di seluruh Indonesia.
“Yang terpenting justru dengan observasi semacam ini kita bisa mengkalibrasi, mengoreksi, dan memvalidasi hisab-hisab yang ada di seluruh Indonesia. Dengan adanya gerhana ini kita akan mendapati hisab yang akurat,” jelasnya.
Planetarium UIN Walisongo ini, baru saja diresmikan pada September 2021 lalu. Merupakan planetarium universitas terbesar peringkat tiga di dunia.
Gedung ini telah menggunakan digital projector dengan kualitas 4K dan screen dome menggunakan teknologi nanosame.
Bahkan memiliki kualitas sound surround juga sudah 4.0 dolby surround dengan kapasitas kursi penonton mencapai 190 orang.
Pertama Kali, Perdana Pengamatan Gerhana Bulan Total di UIN Walisongo
Anin (18) salah satu pengunjung, mengaku senang karena pertama kalinya berkunjung ke planetarium dan dapat melihat pengamatan gerhana bulan secara langsung. Ia juga tak menyangka bisa menggunakan teleskop untuk melihat gerhana.
“Kebetulan juga saya jurusan Ilmu Falaq. Dulu pernah di belakang rumah pengamatan gerhana tapi tidak pake alat,” kata mahasiswi asal Lamongan tersebut.
Gerhana bulan total mulai dapat teramati di Kota Semarang sejak pukul 18.02 WIB lantaran cuaca sedikit berawan. Fenomena ini kemudian berlangsung hingga pukul 19.40 WIB.