LenteraJateng, SEMARANG – Ratusan Warga Dusun Thekelan, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang rayakan Hari Raya Waisak 2566 BE.
Sejak pagi, umat Buddha yang terdiri dari anak-anak, remaja, hingga orangtua berbondong-bondong menuju ke Vihara Buddha Bhumika yang berada di tengah kampung.
Perayaan Waisak merupakan peringatan tiga peristiwa sang Buddha. Mulai dari kelahiran calon Buddha, kemudian Pangeran Sidharta mendapatkan penerangan sempurna untuk menjadi Buddha.
Yang terakhir adalah wafatnya Buddha Gautama di usia 80 tahun pada tahun 543 SM di Kusinara, India. Ketiganya terjadi di tanggal yang sama, namun di tahun yang berbeda, yang saat ini mengenalnya sebagai Tri Suci Waisak.
Tradisi Bersalam-Salaman Setelah Ibadah, Perayaan Waisak di Dusun Thekelan
Yang unik pada perayaan Waisak di Dusun Thekelan adalah, seluruh warga setempat akan berduyun-duyun untuk mengucapkan selamat.
Ratusan warga baik, yang beragama Islam maupun Protestan turut menghadiri tradisi bersalaman tersebut.
Tak sedikit warga yang menangis terharu karena eratnya tali persaudaraan antara mereka.
Mandar, tokoh agama Buddha di Dusun Thekelan berharap keberagaman semacam ini bisa terus terjalin.
“Kami sangat senang. Tradisi seperti ini sudah bertahun-tahun di Thekelan,” kata Mandar, usai perayaan Waisak, Senin (16/5/2022).
Berdasarkan penuturan Mandar, lebih dari 50 persen warga di Dusun Thekelan beragama Buddha. Sejak tahun 1970-an, pemuka agama Buddha banyak menyebarkan ajarannya di Dusun ini.
“Kami di sini tidak pernah meributkan soal agama. Justru kami lebih banyak diskusi soal pertanian bersama. Soal agama tidak pernah jadi persoalan,” pungkasnya.
Editor: Puthut Ami Luhur