LenteraJateng, SEMARANG – Pembeli minyak goreng di pasar tradisional berkurang sekitar 50 persen, karena harga komoditas tersebut masih terbilang mahal. Harga minyak goreng curah di pasar tradisional, di Kota Semarang pada tingkat pengecer, menyentuh angka Rp 21.500 per kilogram.
Shelin, seorang pedagang di Pasar Bulu mengaku, menjual minyak goreng curah seharga Rp 21 ribu per kilogram. Saat ini, ia belum bisa menurunkan harga sesuai dengan harga eceran tertnggi yang telah pemerintah tetapkan. Alasannya, Shelin sudah terlanjur membeli dengan harga yang mahal di tingkat agen.
“Kami mengikuti dari harga agen, saat itu dari agen harganya juga sudah mahal,” kata Shelin di Pasar Bulu, Senin (24/2/2022).
Meski mengalami penurunan, tetapi masih ada satu-dua pembeli yang datang. Melihat kondisi itu tersebut, maka ia tidak kulak minyak goreng curah dalam jumlah yang banyak.
“Iya stok terbatas saja, sesuai yang beli,” tambahnya.
Sementara pendagang lainnya di Pasar Bulu Tini menuturkan, harga minyak goreng sempat melonjak hingga Rp 22 ribu per kilogram.
“Pekan kemarin sempat Rp 22 ribu, kami sekarang jual Rp 21.500 per kilogram,” tambahnya.
Pedagang Sampai Turunkan Harga, Pembeli Minyak Goreng di Pasar Tradisional Berkurang 50 Persen
Kenaikan harga minyak goreng curah tersebut menurut Tini, secara bertahap sejak awal tahun baru 2022. Bahkan ia sampai rela menurunkan harga Rp 500 agar tidak kehilangan pembeli.
“Sebelum naik, harga minyak goreng curah pada angka Rp12 ribu per kilogram dan sekarang naik sampai Rp 22 ribu per kilogram. Ini saja kami turunkan Rp 500,” tuturnya.
Terkait kebijakan pemerintah soal penyetaraan satu harga minyak goreng, Tini merasa pihaknya sangat dirugikan. Sebab, ia sudah terlanjur kulak di tingkat agen dengan harga tinggi.
“Iya, kami tidak bisa kalau kulak dengan harga tinggi lalu menjualnya dengan murah,” katanya.
Selain pihaknya juga sering mendapat keluhan dari pembeli, lantaran harga yang dijual tak sesuai yang digembar-gemborkan media. Pembelinya yang mayoritas adalah penjual gorengan memprotes sekaligus mengeluh.
“Banyak pembeli yang komplain. Kok harga tidak Rp14 ribu seperti di televisi,” tuturnya.
Ia mengaku, penjualan minyak gorengnya turun drastis. Sebelumnya kenaikan dan adanya kebijakan, ia mampu menjual tiga jerigen isi 16 liter setiap harinya. Namun, selepas harga naik, satu jerigen saja baru habis selama tiga hari.
“Kalau pembelinya turun 50 persen lebih,” katanya. Ia berharap, pemerintah setempat bisa melakukan operasi pasar agar menstabilkan harga.
“Kami ingin harga cepat turun karena jualan minyak goreng untungnya kecil dan sekarang mendapat keluhan dari pembeli,” tuturnya.
Editor: Puthut Ami Luhur