LenteraJateng, SEMARANG – Kaki yang lumpuh akibat polio sejak usia 5 tahun, tak mematahkan semangat Suripto untuk memberikan edukasi kepada rekan-rekan disabilitas di wilayahnya. Pria yang sehari-hari bekerja sebagai petani dan peternak kambing itu tak lelah memberikan informasi seputar Covid-19 dan vaksinasi pada sesama disabilitas.
Ripto, sapaan akrab pria berusia 48 tahun ini tinggal di sebuah desa di Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Meski polio menyerang kaki kanannya hingga tak bisa berjalan, ia tetap berusaha untuk tidak mengandalkan alat bantu dalam menjalankan aktivitas.
Bahkan, Ripto mampu mengendarai sepeda motor untuk menunjang kegiatannya. Ia juga mendapat kepercayaan sebagai ketua RT (Rukun Tetangga) di kampungnya meski keterbatasan yang Ripto miliki.
Bagai cahaya, ia terus berkeliling mengedukasi para penyandang disabilitas untuk menghilangkan ketakutan terhadap Covid-19. Selain itu, motivasi Ripto adalah menerapkan budaya protokol kesehatan 5M dengan baik dan meyakinkan rekan disabilitas untuk bersedia melakukan vaksinasi.
Ripto menyadari, banyak teman-teman disabilitas baik tuli, netra, mental, dan daksa lainnya yang tidak cukup paham tentang pandemi. Padahal mereka termasuk kelompok rentan yang perlu bertahan menghadapi Covid-19.
“Selama pandemi saya banyak belajar sehingga bisa mendapatkan banyak informasi terkait Covid-19. Kemudian edukasi rutin saya lakukan dengan tetangga baik saat berkumpul, pendekatan door to door, dan memanfaatkan grup WhatsApp,” jelas Ripto.
Ia menuturkan, pendekatan dengan bahasa Jawa lebih mudah dimengerti oleh lawan bicaranya. Apalagi bahasa Jawa masih lazim digunakan di kampungnya.
Berkat jerih payahnya, cakupan vaksinasi di wilayah RT yang ia pimpin telah mencapai 90 persen. Sisanya, adalah warga dengan penyakit penyerta atau komorbid.
“Capaian ini karena mereka sudah memiliki pemahaman yang lebih baik tentang vaksinasi Covid-19,” tutur Ripto.
Tak Selamanya Berjalan Mulus, Ripto Sempat Terpapar Varian Delta
Namun, upaya Ripto dalam melakukan sosialisasi dan edukasi tidak selamanya berjalan lancar. Banyak rintangan yang harus ia lewati.
Di tengah sosialisasi, tak jarang ia menjumpai sesama penyandang disabilitas yang masih menganggap Covid-19 tidak ada. Bahkan, menuduh bahwa pandemi ini adalah hal yang dibuat-buat oleh pihak tertentu.
Ripto juga sempat terpapar dengan gejala yang berat hingga terpaksa dirawat di rumah sakit. Hal ini tentu menghambatnya bertemu warga. Di sisi lain, ia harus berhadapan dengan mereka yang tidak percaya dengan Covid-19.
“Saya pernah terinfeksi varian Delta dengan kondisi cukup parah, sehingga menghambat perjuangan saya. Persitiwa itu menjadi hikmah luar biasa karena saya jadi semakin paham risiko penyakit ini,” terangnya.
Inisiasi Program Jogo Tonggo
Segera setelah sembuh, ia langsung menginisiasi program Jogo Tonggo yang dalam Bahasa Indonesia berarti “menjaga tetangga”. Fokus utama program tersebut adalah untuk melakukan penanganan dan memberikan bantuan bagi warga desa yang melakukan isolasi mandiri akibat terpapar Covid-19.
“Pengalaman saya ini adalah contoh bagi mereka bahwa Covid-19 itu ada. Ya saya memang harus sabar,” ungkapnya.
Dalam menjalankan program Jogo Tonggo, Ripto aktif mengajak warganya untuk secara kolektif membantu warga yang terkena COVID-19. Sumber dana program Jogo Tonggo berasal dari dana kas RW yang dikumpulkan oleh warga tiap bulannya.
“Bentuk bantuannya beragam, bisa suplai bahan makanan, penjagaan di pintu masuk desa agar tidak menerima kunjungan tamu dari luar, mencarikan oksigen, memberi edukasi kepada masyarakat, dan lain-lainnya,” jelas Ripto.
Aktif Berorganisasi, Disabilitas Bukan Hambatan Untuk Maju
Dalam upaya menambah pengetahuan, Ripto aktif di berbagai organisasi, komunitas dan lembaga swadaya masyarakat. Seperti Layanan Inklusif Disabilitas dalam Penanggulangan Bencana (LIDi), Self Help Group (SHG), Pusat Pengembangan dan Pelatihan Rehabilitasi Bersumber Daya Masyarakat (PPRBM), dan menginisiasi pendirian Kelompok Pemberdayaan Tawangmangu (KPT).
Di KPT, Ripto bahkan duduk sebagai ketua. Ia teguh mendorong tujuan organisasi menghimpun para alumni dari berbagai pelatihan untuk teman-teman disabilitas, agar tetap memiliki hubungan silahturahmi yang baik.
“Saya aktif berorganisasi karena saya punya keinginan belajar yang kuat, ingin menambah relasi, dan mengisi waktu luang. Saya ikut banyak organisasi karena keinginan untuk membuktikan bahwa disabilitas fisik bukan suatu hambatan untuk maju,” ujarnya.
Pengalaman Tak Terlupakan: Membawa ODGJ untuk Vaksin
Salah satu pengalaman lain yang tak terlupakan adalah ketika ia mengajak warganya yang mengalami ODJG (Orang dengan Gangguan Jiwa) untuk melakukan vaksinasi.
“Saya sempat membujuk tetangga saya yang merupakan ODGJ untuk vaksin, karena dari seluruh anggota keluarga di rumahnya hanya dia yang belum,” terangnya.
Ia pun memberikan contoh dengan bahasa Jawa, jika tidak vaksin, akan mudah terserang Covid-19 dan akan diisolasi. Kebetulan kakak dari ODGJ tersebut pernah dijemput petugas untuk melakukan isolasi terpusat. Hal tersebut ia jadikan contoh untuk dapat memberikan gambaran risiko jika tidak divaksin.
“Setelah saya bujuk, akhirnya ia mau juga untuk ikut vaksin. ODGJ itu nau vaksin kalau saya yang antar,” kata Ripto.
Ripto kemudian memboncengi warga tersebut pergi ke tempat vaksinasi. Meski selama perjalanan ia merasa khawatir jika tetangganya itu tiba-tiba mengamuk di tengah jalan, beruntung mereka selamat hingga tujuan.
“Saya punya pengalaman lucu saat mendampingi tetangga ODGJ. Ketika sampai di tempat vaksinasi, ia bertanya kepada saya ‘Mbaknya (petugas vaksin) cantik ya mas? Apakah dia istrimu?’. Mendengar ucapannya saya tertawa,” tutur Ripto sambil terkekeh.
Sebagai bentuk apresiasi terhadap rekan ODGJ-nya yang mau ikut vaksin, sepulang dari tempat vaksin, Ripto membelikan makanan. Harapannya teman-teman ODGJ punya kesan yang baik terhadap vaksin, dan bersedia ikut vaksin dosis kedua atau bahkan booster.
“Biasanya saya belikan bakso atau mie ayam setelah vaksin, biar mereka tidak kapok, dan punya kesan yang baik terhadap proses vaksin dan juga terhadap saya,” pungkasnya.
Semua jerih payah dan keikhlasan Ripto untuk melakukan edukasi dan pendampingan kepada kelompok penyandang disabilitas dan ODGJ tentu patut kita acungi jempol. Meski dengan segala keterbatasannya, Ripto mampu membentuk kesadaran di tengah masyarakat bahwa penting untuk waspada terhadap Covid-19 dan mau melaksanakan vaksinasi.
“Saya berharap masyarakat bisa secara sadar menaati 5M dan segera mengikuti vaksinasi baik dosis pertama, kedua dan booster, agar pandemi ini segera berakhir,” tandas Ripto.