LENTERAJATENG, SEMARANG – Indonesia mengalami fenomena gerhana matahari hibrida yang terjadi pada Kamis (20/4/2023). Salah satu pengamatan gerhana matahari dilakukan di Planetarium UIN Walisongo Semarang.
Terdapat enam teleskop yang bisa digunakan untuk melihat fenomena gerhana matahari ini. Atau dapat pula menggunakan kacamata khusus gerhana jika ingin melihatnya langsung.
Berdasarkan pantauan tim LENTERAJATENG di lapangan, kontak pertama antara matahari dan bulan terjadi sekitar pukul 9.29 WIB. Pertemuan matahari dan bulan kemudian mencapai puncak gerhana atau konjungsi sempurna pada pukul 10.52 WIB.
Gerhana matahari yang dapat teramati di Semarang berbentuk seperti sabit atau setengah yang kemudian disebut dengan gerhana parsial.
Kepala Planetarium UIN Walisongo, Syifaul Anam menuturkan, gerhana matahari hibrida terjadi di Indonesia pada 72 tahun lalu. Artinya, gerhana ini sangat jarang terjadi. Sedangkan diperkirakan akan terjadi gerhana matahari total 27 tahun mendatang.
“Gerhana kali ini disebut hibrida yakni campuran gerhana cincin sekaligus total. Namun, yang melintasi Kota Semarang dan Jawa Tengah berada di areal magnitudo hampir separuh dari matahari, yakni 49 – 50 persen,” jelasnya saat ditemui di Planetarium UIN Walisongo, Kamis (20/4/2023).
Puncak gerhana mulai terjadi menjelang selsai 10.50 WIB dan muncul kembali pada pukul 11.15 WIB. Total keseluruhan waktu gerhana matahari memakan waktu hampir tiga jam.
“Dalam setahun ada empat fenomena gerhana, matahari dua kali dan bulan dua kali. Sekarang ini fenomena hibrida, betul-betul jarang sebenarnya itu. Fenomena yang bagus,” bebernya.
Kendala
Kendati menjadi fenomena langka yang terjadi selama puluhan tahun, terdapat kendala saat pengamatan berlangsung. Seperti kondisi cuaca dan posisi matahari saat mencapai titik kulminasi.
“Info dari BMKG saat ini mulai muncul awan karena masa transisi, walaupun iklim tidak bisa diprediksi karena ada pengaruh global warming juga. Ada awan yang menghalangi, meski tidak full blok dihalangi,” imbuhnya.
Kedua, saat mendekati titik kulminasi, teleskop harus berada pada posisi tegak lurus ke atas menghadap matahari.