LenteraJateng, UNGARAN – Paguyuban Satrio Setyo Manunggal ajak generasi milenial lestarikan budaya Jawa. Paguyuban ini tak hanya mengajarkan tari, namun juga mengedukasi anak-anak muda tentang sejarah kebudayaan.
Pendiri paguyuban, Kristin Smuki menuturkan, melalui paguyuban kesenian yang ia dirikan, ingin melestarikan budaya seni tradisional. Selain itu paguyuban atau sanggarnya dapat menjadi wadah bagi para pecinta seni, khususnya seni tari.
Paguyuban Satrio Setyo Manunggal yang beralamat di Lingkungan Ngrawan Kidul RT 5/RW 4, Ngrawan Kidul Bawen, Semarang, itu juga merangkul para pecinta seni kuda lumping di wilayah tersebut.
“Di Kabupaten Semarang ini kan banyak anak muda nganggur, ada yang kerja juga. Daripada mereka melakukan hal-hal negatif atau hal aneh-aneh, ya kita rangkul,” jelasnya.
Meski kesenian tradisional kian berkembang dengan berdirinya sanggar-sangar dan paguyuban seni tradisional di Indonesia, Kristin mengaku akan terus konsisten untuk mengembangkannya.
Sanggar yang berdiri pada Mei 2022 itu tergolong masih baru, namun antusias anggotanya cukup membara. Terbukti dari banyaknya masyarakat dan anak-anak muda pecinta seni yang peduli dengan turut belajar menari.
“Terbentuk karena kami ingin nguri uri budoyo dan menjadi wadah bagi para pecinta seni dalam hal seni tari dan Jaran Kepang untuk anak-anak muda di wilayah sini,” lanjutnya.
Berharap Dukungan Pemkab Semarang, Paguyuban Satrio Setyo Manunggal
Kristin berharap, dengan adanya paguyuban seni tradisional ini, dapat menjadi saluran berkat bagi banyak orang. Ia juga berharap, Pemkab Semarang bisa ikut mendukung kelestarian seni tradisional yang ada di Paguyuban Satrio Setyo Manunggal.
“Kami ada Tarian Klasikan, jug ada Seni Jaran Kepang. harapan kami bisa tampil di festival budaya, event, lomba-lomba kesenian sendra tari, acara pemerintahan dan juga acara hajatan,” ujarnya.
Setidaknya, kesenian yang ia lestarikan bisa dipromosikan. Atau paling tidak mendapat panggung untuk tampil menghibur masyarakat. Hal ini ia maksudkan agar budaya Indonesia, khususnya di Jawa Tengah tetap ada dan terjaga.
“Kami konsisten untuk menjaganya, kami akan terus mengedukasi anak muda agar mencintai tradisi budaya Indonesia. Jangan sampai seni tradisional ini, di telan oleh jaman,” tutupnya.