LenteraJateng, SEMARANG – Beragam kuliner khas seantero Nusantara banyak tersaji selama Ramadan. Salah satunya, adalah bubur India yang dapat menjumpainya di Masjid Jami Pekojan, Semarang Tengah, Kota Semarang.
Pertama kali melihatnya, sekilas tampak seperti bubur pada umumnya. Namun, saat dicoba, rasa gurih rempah dan aroma kuah memiliki citarasa yang khas.
Dari cara pembuatannya pun tergolong cukup unik. Makanan berbahan dasar beras dan air itu menggunakan banyak rempah-rempah. Bahkan, resep tersebut telah turun-temurun dari ratusan tahun silam.
“Bahannya bubur India ini masih sama sejak dulu, jadi secara turun-temurun kepada penerusnya, termasuk saya. Di Masjid Pekojan ini, saya generasi ke-empat,” terang Ahmad Ali, Takmir Masjid Jami Pekojan, Rabu (6/4/2022).
Untuk jenis rempah-rempah untuk meracik bumbu, Ali menggunakan ada jahe, salam, daun pandan, kayu manis, cengkeh, irisan bawang serta perpaduan bumbu khas Timur Tengah. Bahan-bahan tersebut, kemudian diolah menjadi satu bersama beras dan air kedalam sebuah tungku kayu yang berusia ratusan tahun juga.
“Pembuatannya sampai 4 jam. Jadi persiapan untuk membuat dari jam 11.00 siang,” kata Ali.
Meski hanya berbahan dasar beras, air dan campuran rempah-rempah, namun keahlian si pemasak tetap menjadi tantangan utama. Selain itu, dalam pembuatan Ali menyebut harus berlandaskan oleh keikhlasan.
“Jika tidak ikhlas, nanti aja ada kendalanya. Entah bubur tidak matang atau lainnya. Saya sendiri juga tidak tahu kenapa bisa begitu,” ungkap dia.
Terkait persiapan bahan baku bubur tersebut, Ali sedikit bingung menjelaskan. Karena sehari sebelum puasa bahan-bahan itu telah datang dan tidak tahu siapa yang menyumbang.
“Setiap hari selama puasa kami memasak untuk masyarakat, setidaknya 20 kilogram beras kami olah menjadi bubur,” jelasnya.
Ratusan Masyarakat Lahap Menikmati Bubur India
Sebelum mendekati waktu berbuka, mangkok yang berisi Bubur India itu telah tertata rapi berjajar layaknya jamaah yang akan melaksanakan salat. Tentunya, dengan jarak satu langkah kaki antara satu sisi dengan sisi lainya sebagai bentuk penerapan protokol kesehatan.
Saat tanda buka puasa berkumandang, ratusan masyarakat yang sudah berada pada posisi masing-masing terlihat lahap menikmati hidangan tersebut. Sembari bercengkrama, tidak lupa rasa syukur turut melengkapi buka bersama di Masjid Pekojan itu.
Tito Isna Utama misalnya, warga Gunung Pati yang juga ikut buka bersama itu mengatakan, rasa gurih rempah-rempah yang digunakan sebagai olahan tersebut dirasa sangat terasa. Terlebih, menurutnya tradisi di Masjid Pekojan ini juga sangat unik.
“Rasanya enak, gurih. Puasa tahun kemarin juga sempat kesini untuk nyoba bubur ini,” kata Tito usai menyantap hidangan khas tersebut.
Editor: Puthut Ami Luhur