LenteraJateng, UNGARAN – Ritual pengambilan air suci di Umbul Songo dilakukan saat kirab Saparan di Dusun Sleker, Desa Kopeng, Getasan. Saparan atau Merti Dusun yang jatuh pada Minggu Pahing di bulan Safar menjadi kegiatan yang dinantikan warga setempat.
Ritual pengambilan air suci ini sebagai bentuk syukur karena masyarakat Dusun Sleker bergantung dari sumber mata air Umbul Songo.
Tak sampai 1 kilometer jaraknya Dusun Sleker untuk sampai di mata air Umbul Songo. Ratusan warga yang telah berkumpul bersama kepala dusun berbaris rapi melakukan kirab menuju mata air tersebut dengan mengenakan pakaian tradisional.
Di barisan pembuka, terdapat pasukan berkuda yang terdiri dari jajaran desa dan kecamatan. Kemudian, barisan warga Dusun Sleker dipimpin sang kepala dusun beserta istri yang berjalan kaki.
Barisan kemudian dilanjutkan oleh pasukan Bregada Dusun Sleker yang berpakaian layaknya prajurit. Mulai dengan prajurit dengan pakaian berwarna hitam putih, merah, kemudian kuning keemasan.
Selanjutnya rombongan penari Gambyong dengan pakaian hijau cerah mengikuti di belakangnya. Tak ketinggalan, ratusan warga dari 10 RT yang ada di dusun Sleker, berbaris panjang ke belakang.
Tradisi Saparan yang sudah turun temurun berlangsung di Dusun Sleker ini, diikuti seluruh warga, dari berbagai golongan. Baik tua, muda, maupun anak-anak berkumpul menjadi satu.
Pengambilan Air di Umbul Songo
Prosesi pengambilan air di Umbul Songo, tidak begitu saja dilakukan. Dari lokasi pintu masuk, rombongan harus berjalan menuju ke sumber mata air yang berada di bawah.
Kepala Dusun Sleker, Slamet Sulasdi mengatakan, sesajen itu sebagai adat dan tradisi yang dilanjutkan dari nenek moyang.
“Kalau sesaji ada ingkung, ayam hidup, telur dua betina jantan, banyak sekali, ada 23 macam,” kata Slamet.
Saat pengambilan air, juga dilakukan prosesi ritual untuk memohon supaya sumber air di Dusun Sleker yang sangat melimpah bisa tetap lestari.
Air yang sudah dimasukkan ke dalam kendi, kemudian diberikan kepada sepasang Denok dan Kenang. Keduanya sebagai simbol pembawa air kehidupan dari mata air yang akan disiramkan ke tumpeng hasil bumi Dusun Sleker.
Pensucian Penari Gambyong, Melihat Ritual Pengambilan Air Suci di Umbul Songo
Setelah prosesi pengambilan air, rombongan kepala dusun kembali untuk melakukan pensucian kepada para penari Gambyong. Kepala dusun kemudian menyiramkan atau memercikan air dari kendi ke kaki para penari.
“Penari gambyong itu suci dulunya. Ya kami kan mengambil air dari sumber mata air yang suci. Sehingga mata air yang suci itu disiramkan ke penari Gambyong. Kalau penari Gambyong itu kok kurang suci, biar tambah suci,” terang Slamet.
Menurut cerita nenek moyang, dalam Tradisi Saparan, memang menampilkan kesenian tradisional. Namun, dulu yang ditampilkan adalah kesenian Tayub.
“Kalau dulu istilahnya yang mengku, yang mereka senangi itu Tayub. Tapi memang kalau Tayub di daerah pegunungan sudah lama hilang, sekarang itu identik ke Gambyong. Makanya yang mengku kalau dikasih pertunjukan Gambyong itu sangat senang sekali,” terang Slamet.
Tradisi Tahunan, Melihat Ritual Pengambilan Air Suci di Umbul Songo
Tradisi Saparan menjadi momen tahunan yang ada di Dusun Sleker. Meski sempat tertunda akibat pandemi dua tahun, namun kini bisa dilaksanakan dengan meriah.
“Kami punya patokan, patokan yang utama itu harus menampilkan pertunjukan wayang. Karena sudah menjadi kepercayaan kalau tidak menampilkan wayang nanti bisa menimbulkan bencana,” beber Slamet.
Sedangkan soal ritual di Umbul Songo, merupakan bentuk syukur karena masyarakat dusun Sleker tergantung dari sumber mata air tersebut.
“Saya berharap di 2023 untuk kirab lebih semarak lagi. Karena lebih semarak sebagai bentuk wujud kita bersyukur ke Tuhan Yang Maha Esa. Harapannya masyarakat ditambah rejeki, kesehatan, kedamaian dan kenyamanan,” tutupnya.