LenteraJateng, SEMARANG – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Semarang per Agustus 2022 meningkat dibandingkan tahun lalu. Di tahun ini, tercatat sudah 644 pasien dan 28 warga Kota Semarang meninggal dunia akibat virus dari nyamuk Aedes Aegypti.
Musim kemarau basah ternyata mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk ini. Genangan selepas hujan yang tidak segera hilang menjadi tempat nyamuk bertelur.
Secara angka, Dinas Kesehatan Kota Semarang mencatat sebanyak 332 kasus di 2021 dengan pasien meninggal dunia 9 orang. Jumlah ini didominasi oleh pasien usia anak-anak.
“Untuk 2022 sampai 27 Agustus kemarin kita ada di 644 dan yang meninggal 28, yang satu dewasa sisanya anak-anak,” kata Kabid Pencegahan Pengendalian Penyakit, Nur Dian Rachmawati, Kamis (1/9/2022).
Dian menghimbau kepada para orangtua untuk memperhatikan anaknya jika mengalami demam mengingat para penderita DBD merupakan pasien usia anak-anak.
“Kebanyakan mereka datangnya sudah terlambat, mungkin panas, terus turun, mengiranya tidak terlalu bahaya. Tapi tahu-tahu anaknya lemas, kami kesulitan mengejar trombositnya,” jelas dia.
Ia pun memaparkan, batasan trombosit aman yakni di angka 120. Kurang dari angka itu, masyarakat harus waspada.
“Di bawah 100 (trombosit) harus waspada. Sebenarnya di bawah 120 saja kita harus waspada. Kemudian panas, mual, muntah, sudah bahaya sekali kalau seperti itu. Terus pemeriksaan hematokrit itu, pemeriksaan kekentalan darah, kalau sudah di atas 40, sudah waspada itu, berarti darahnya kental,” terang dia.
Ia menambahkan agar masyarakat lebih peka terhadap kebersihan lingkungan. Khususnya pada genangan-genangan air di sekitar tempat tinggalnya.
“Karena selain adanya genangan air, kebersihan lingkungan atau sanitasi itu penting. Untuk mencegah timbulnya banyaknya nyamuk DBD di Semarang,” tutup dia.
Upaya Pengendalian, Kasus DBD Per Agustus 2022 Meningkat Dibanding Tahun Lalu
Untuk itu, Pemerintah Kota Semarang termasuk Dinas Kesehatan melakukan upaya pengendalian melalui sejumlah edaran soal pemantauan jentik nyamuk. Mulai dari Wali Kota, Sekretaris Daerah, kepala dinas, hingga camat dan lurah.
“Kalau sekarang ada Jumat bersih itu merupakan salah satu progam pengendalian DBD. Karena selain adanya genangan air kebersihan lingkungan sanitasi cukup berperan penting untuk menekan timbulnya jentik nyamuk,” lanjut Dian.
Selain itu, progam Si Jentik (Siswa Cari Jentik) yang dicanangkan oleh Tia Hendi juga terus digalakkan mengingat siswa sekolah telah menempuh pembelajaran tatap muka.
“Program ibu Wali Kota juga menjadi salah satu modal kita juga untuk supaya pengendalian DBD,” tandasnya.