LenteraJateng, SEMARANG – Jawa Tengah masuki puncak musim hujan pada pertengahan Februari 2022. Stasiun BMKG Meteorologi Ahmad Yani Semarang memprediksi akan terjadi cuaca ekstrem dalam sepekan ke depan.
Kepala Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang, Sutikno menyebut, dari hasil analisis dinamika atmosfir, beberapa wiayah termasuk Jawa Tengah mengalami puncak musim hujan.
“Khusus untuk wilayah Jawa Tengah, penyebab terjadinya cuaca ekstrem ini ada faktor-faktor yang kami catat. Yaitu adalah anomali suhu muka laut, dimana perairan Samudra Hindia terasa hangat,” kata Sutikno, Jumat (18/2/2022).
Naiknya suhu muka laut itu kemudian menyebabkan peningkatan pertumbuhan awan hujan yang berada di sisi selatan Jawa Tengah. Demikian juga dengan kelembaban udara yang masih relatif tinggi.
“Madden Julian Oscillation saat ini ada di kuadran tiga, yang menunjukan kontribusi terhadap proses pembentukan awan hujan,” imbuh dia.
Seperti yang telah Stasiun Meteorologi prakirakan sejak Kamis (17/2/2022). Hal itu akan berlaku untuk selama tiga hari, hingga Sabtu (19/2/1011). Wilayah Jawa tengah akan berpotensi turun hujan dengan potensi sedang hingga lebat.
“Sudah kami sampaikan dari 17 Februari 2022. Prospek untuk tiga hari ke depan sampai dengan 19 Februari 2022. Namun, pada dasarnya sampai dengan sepekan kedepan, kondisi cuaca cenderung sama,” jelas Sutikno.
Dari hasil analisa tersebut, lanjut Sutikno, wilayah Jawa Tengah berpotensi terjadi hujan beserta kilat dan angin kencang.
“BMKG memprakirakan potensi curah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang bisa disertai dengan kilat atau petir dan juga angin kencang masih berpotensi terjadi akan terjadi di wilayah Jawa Tengah dalam sepekan kedepan,” papar Sutikno.
Potensi Longsor, Jawa Tengah Masuki Puncak Musim Hujan
Selain potensi hujan Sutikno juga menyampaikan terkait kondisi tanah. Ia menambahkan, kondisi tanah saat ini sudah sangat jenuh. Terutama bagi masyarakat yang berada di daerah daratan tinggi atau berada di lereng pegunungan, untuk lebih berhati-hati akan potensi longsor
“Bagi masyarakat dan daerah memiliki topografi curam atau bergunung, hingga tebing atau wilayah rawan longsor dan banjir untuk meningkatkan kewaspadaan. Termasuk kepada instansi terkait agar waspada,” pungkas Sutikno.
Editor: Puthut Ami Luhur