LenteraJateng, SEMARANG – Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) rilis peta kerawanan gerakan guna tingkatkan kewaspadaan dan siaga bencana gerakan tanah di wilayah lereng gunung dan sekitarnya.
Kepala Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah, Sujarwanto Dwiatmoko mengatakan, pemetaan wilayah rawan longsor sejauh ini menggunakan metode deteksi kewilayahan melalui peta dasar yang dipisahkan dan dibagi berdasarkan warna.
“Pemetaan merujuk dari peta lapangan melalui studi lapangan. Pembagian warna pada peta tersebut antaranya Merah (Zona Tinggi), Kuning (Zona Menengah), Hijau (Zona Rendah) dan Biru Muda (Zona Sangat Rendah),” ungkapnya saat kepada LenteraJateng, Minggu (30/1/2022).
Pemetaan itu, lanjut dia, sudah menjadi peta baku di mana zonasi warna merupakan wilayah dengan karakter tanah rawan. Meski begitu, kerawanan memang belum tentu sering terjadi longsor. Misal warna merah yangmenunjukan rentan longsor tapi belum tentu terjadi longsor.
“Karena faktor utamanya ada dua, curah hujan tinggi dan erosi. Sama juga dengan daerah sedang atau rendah yang jarang sekali terjadi longsor tapi masih bisa terjadi,” imbuh dia.
Adanya peringatan tersebut, Sujarwanto meminta kepada masyarakat agar waspada dengan daerah-daerah lereng dan sekitarnya. Selain itu, peringatan tersebut juga menjadi petunjuk teknis kepada sektor penanganan di masing-masing kabupaten dan kota.
Curah Hujan Potensi Tanah Longsor, ESDM Jateng Rilis Peta Pergerakan Tanah
“Curah hujan tinggi dapat menambah bobot tanah yang berpotensi mengakibatkan longsor. Penambahan bobot menjadi faktor utama karena membuat lereng yang awalnya diam bisa terjadi pergerakan dengan adanya penambahan massa akibat curah hujan tinggi,” kata dia.
Bahkan, gangguan daya dukung lereng di sepanjang sungai yang terjadi erosi di kaki lereng juga bisa mengakibatkan kondisi lereng tidak stabil dan berpotensi longsor.
Lebih lanjut, Sujarwanto menghimbau kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di tiap kabupaten/kota agar bisa siaga. Juga sekaligus berkoordinasi dengan aparat setempat termasuk memberi peringatan potensi lonsor kepada masyarakat sekitar. Tidak sampai di situ, pihaknya mendorong adanya antisipasi dini dengan memperkuat lereng.
“Antisipasi di awal itu, mungkin bisa memperkuat daerah lereng. Misal dengan mengamati daerah yang berpotensi erosi atau mengurangi bobot massa air dengan membuat drainase yang baik. Agar kalau terjadi hujan terus menerus sepanjang lereng, bisa keluar lereng atau paling tidak mengurangi massa berat tanah. Itu rekomendasi dari kami,” pinta dia.
Editor : Puthut Ami Luhur