LenteraJateng, SEMARANG – Dinamika politik pencalonan Presiden pada 2024 semakin berkembang. Apalagi bagi para kawula muda, sosok yang kerap muncul di sosial media jadi pilihan mereka.
Sejumlah lembaga survei sudah membeberkan elektabilitas sejumlah nama seperti Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Pranowo Subianto, Ridwan Kamil, Agus Harimurti Yudhoyono, dan lain-lain. Tetapi sampai saat ini belum bisa meraba calon Presiden.
Pengamat politik FISIP UIN Walisongo Misbah Zulfa Elizabeth menuturkan, citra yang telah melekat di sosok-sosok tersebut, belum bisa menjadi tolok ukur tingginya tingkat keterpilihan mereka dalam Pilpres 2024 nanti. Menurutnya, politik selalu dinamis dan susah menebaknya.
“Kuncinya ada pada siapa pasangan mereka kelak. Posisi orang kedua atau cawapres menjadi kunci, karena yang rakyat pilih adalah satu paket, dwitunggal,” katanya, saat Diskusi Publik bertema ‘Kriteria Calon Presiden, Siapa Sosok yang Dianggap Cerdas, Merakyat dan Visioner?’ di Gedung Monod Diephuis & Co kawasan Kota Lama Semarang, Jumat (15/7/2022).
Menurutnya, bukan hanya sosok capres saja yang dipandang masyarakat. Kuncinya adalah dengan menunggu siapa sosok yang akan menjadi pendamping dalam paket Pilpres mendatang.
Dia pun meminta awak media untuk benar-benar mengawal pilpres mendatang. Agar menjadi ajang edukasi politik yang mencerdaskan dan mencerahkan masyarakat.
“Media jangan memblowup sosok yang memberi energi negatif bagi rakyat. Sebaiknya, dukung dan blow up terus sosok yang memberi energi positif bagi rakyat, yang membangun demokrasi tanpa SARA, yang terus membangun keindonesiaan kita yang berbhineka,” harapnya.
Banyak Sosok yang Pantas Jadi Pemimpin, Dinamika Politik Pencalonan Presiden
Pada kesempatan yang sama, Ketua Dema UIN Walisongo Semarang Shofiyul Amin menambahkan, sebenarnya ada banyak sosok yang pantas menjadi pemimpin Indonesia. Hanya saja, masyarakat selalu tergiring untuk memilih sosok tertentu.
“Kalau anak-anak muda sekarang, mengenal capres lewat medsos. Artinya, siapa yang kerap muncul di medsos, itulah yang dianggap pantas jadi Presiden,” terangnya.
Begitu juga di daerah pedesaan, ketika para calon pemilih kerap melihat gambar salah satu tokoh yang banyak tampil di baliho.
“Ini yang perlu jadi perhatian. Bagaimana sosok yang benar-benar pantas bisa mendapat banyak dukungan berdasarkan hasil, bukan pencitraan,” tandasnya.