LENTERAJATENG, SEMARANG – Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang M Abdul Hakam menghimbau, masyarakat untuk mewaspadai penularan diare. Kota Semarang masuk musim kemarau, di mana beberapa tempat terancam kesulitan akses air bersih.
“Akses air bersih, karena terbatasnya sumber daya membuat risiko penularan diare semakin besar,” kata Hakam, Senin (28/8/2023).
Selain, terbatasnya sumber air bersih, masyarakat harus berhati-hati. Air yang tidak dimasak dengan baik, sangat memungkinkan mengandung bakteri Escherichia coli yang menyebabkan penyakit diare.
“Terlebih jika sumber airnya kurang bersih,” tambahnya.
Data dari DKK Semarang, diare hingga periode Juli 2023 tercatat sebanyak 21.059 kasus. Meskipun jumlahnya tidak setinggi periode yang sama pada 2022 lalu yakni ada tercatat 32.488 kasus.
Namun, tren diare secara bulanan untuk Juli 2023 cenderung meningkat, yakni 3.192 kasus, naik dari Juni sebanyak 2.742 kasus, dan Mei 3.119 kasus.
“Kalau melihat angka diare sampai Juli 2023 memang naik turun ya. Sebagai sebuah kota besar, tentu ‘mindset’ masyarakat harus bagus, apalagi 2-3 tahun terakhir diedukasi untuk cuci tangan dan pakai masker,” tuturnya.
Maka menurut Hakam, masyarakat harus lebih berhati-hati. Terutama saat mengonsumsi air yang harus benar-benar steril dan bersih. Meskipun di tengah terbatasnya sumber air karena musim kemarau.
“Karena sumber air yang terbatas ini yang dipakai airnya mungkin saja ada kandungan Ecoli di luar ambang batas. Makanya, saya bilang hati-hati,” tuturnya.
Selain faktor saat mengonsumsi air dan makanan, Masyarakat, juga harus memastikan sanitasinya layak dan aman, sebab sanitasi juga berperan dalam pencemaran bakteri Ecoli dalam sumber air yang digunakan.
“Sanitasi itu tidak hanya layak, tapi juga aman. Misalnya, dalam satu keluarga, punya ‘septic tank’ itu tiga tahun harus dikuras. Kalau tidak dikuras mengakibatkan sumber air tercemar,” tuturnya.(IDI)