LenteraJateng, SEMARANG – Menunggu waktu berbuka atau ngabuburit tentu tidak asing dilakukan selama bulan Ramadan. Bersama Wakil Wali Kota Semarang, Hevearita Gunarti Rahayu ngabuburit kali ini dengan menghabiskan waktu di Aloon-aloon Semarang dengan kostum kebaya.
Mbak Ita, sapaan akrabnya, ditemani puluhan anggota Komunitas Diajeng Semarang, juga berkebaya. Mereka menyapa warga yang sedang ngabuburit menunggu jam berbuka puasa di aloon-aloon Semarang.
Aloon-aloon Semarang yang berlokasi di seberang Masjid Kauman ini, kini mulai ramai dan menjadi tempat pilihan warga untuk menikmati suasana sore hari dan ngabuburit. Selain menyapa, warga juga dihibur oleh para Komunitas Diajeng Semarang dengan lenggokan tari Gambang Semarang.
“Dulu sudah ada, kini kembali hidup dan jadi salah satu ikon destinasi Kota Semarang,” kata Mbak Ita, Minggu (17/4/2022).
Aloon-aloon yang dulunya adalah Pasar Yaik, kini tampak cantik dan asri. Apalagi, terdapat lapangan dengan rumput hijau, shelter pedagang, taman, bangku, serta lampu-lampu taman yang semakin menambah keindahan saat malam hari.
“Pemkot Semarang sudah melakukan revitalisasi hingga bisa cantik dan menjadi tujuan wisata. Ada tempat terbuka hijau, murah dan susana yang berbeda,” katanya.
Di aloon-aloon Semarang, warga bisa melakukan berbagai aktivitas. Seperti olahraga, budaya, wisata kuliner atau sekedar bersantai bersama keluarga. Tentunya, bisa menjadi tujuan wisata pada libur Lebaran nanti.
“Pak Presiden sudah mengijinkan mudik. Jadi silakan bisa menikmati alun-alun ini dengan baik, dan wajib jaga prokes,” katanya.
Mbak Ita Demo Masak Ongol-Ongol
Selain mengenalkan kembali Aloon-aloon Semarang, Mbak Ita juga melakukan demo masak jajanan khas Semarangan. Yaitu jajanan bernama ongol-ongol, kue tradisional bertabur parutan kelapa dengan bahan dasar tapioka.
Sedikit berbeda, Mbak Ita mengganti sentuhan dengan toping yang awalnya parutan kelapa menjadi taburan keju serta agar-agar. Mengganti taburan keju ini untuk menarik minat anak-anak jaman sekarang agar mau menikmati jajanan tradisional.
“Namanya ongol-ongol kita jadikan nama lainnya picis-picis, karena saya ganti taburan keju. Picis-picis lebih kekinian, ada keju dan agar-agar yang bergizi dan anak-anak pasti suka,” pungkas Mbak Ita.
Editor: Puthut Ami Luhur