LENTERAJATENG, SEMARANG – Perwakilan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Association of The Indonesia Tours and Travel Agencies (Asita) Jawa Tengah, mengadu ke Komisi B DPRD setempat. Aduan terkait, adanya kebijakan pelarangan study tour agar tidak memberatkan orangtua siswa.
Alex Gunarto yang mewakili DPD Asita Jateng menyatakan, sejumlah agensi sekarang tidak bisa berbuat banyak dengan adanya pelarangan tersebut. Adanya kebijakan larangan study tour dari kepala daerah, membuat pendapatan mereka menurun.
“Agen perjalanan mulai kembang kempis, saat pandemi Covid-19 sudah banyak yang gulung tikar. Sekarang setelah pemerintah mengumumkan dari pandemi ke endemic, justru ada kebijakan kepala daerah yang memperketat study tour,” kata Alex, saat mengadukan Nasib ke Komisi B DPRD Jateng, Jumat (28/7/2023).
Kepala daerah sambung Alex, juga melarang kepala sekolah mengadakan study tour jika memungut biaya dari siswa. Sehingga pihak sekolah kemudian mengembalikan dana yang sudah dikumpulkan, sehingga agensi menjadi merugi.
Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng Syamsudin Isnaini mengatakan, kebijakan sekolah gratis juga merambah agar tidak terjadinya pungutan liar (pungli) di SMA/SMK dengan dalih apa pun. Terlebih study tour akan membuat ketimpangan, bagi siswa yang tidak mampu atau berada di garis kemiskinan.
Maka untuk menghindari adanya ketimpangan maka kegiatan study tour ditiadakan walaupun panitia terdiri dari komite sekolah atau orang tua/wali murid.
Ketua Komisi B DPRD Jateng Sarno mengaku prihatin mengenai polemik tersebut. Diakuinya, sekolah tanpa memungut biaya dari siswa patut mendapatkan apresiasi. Hanya saja bila semua kebijakan dipukul rata tentu akan membawa dampak negatif. Masalah study tour, lanjut Sarno sebenarnya masih bisa didialogkan terutama dalam komite sekolah.
“Memang adanya program sekolah gratis, sangat membantu siswa agar meringankan biaya pendidikan namun apabila sampai melarang adanya kegiatan study tour untuk meminimalisir pungutan liar maka akan menjadi salah kaprah. Malah akan membuat problematika baru, seperti banyak agency travel kesulitan dalam segi keuangan selain program kegiatan belajar siswa luar sekolah juga ikut terganggu yang semestinya para siswa dapat bertandang ke universitas di lain daerah juga tidak dapat terlaksana,” tuturnya.