LenteraJateng, SEMARANG – Angka kemiskinan di Jateng turun, pada September 2021 sebesar 11,25 persen. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah Adhi Wiriana mengatakan, kemiskinan adalah fenomena yang dinamis, yang dapat terjadi di setiap periode.
“Saat pandemi ada fenomena, yang awalnya menganggur justru mendapat pekerjaan sehingga bisa keluar dari kemiskinan. Demikian sebaliknya, pandemi juga membuat beberapa sektor terhentu sehingga sebagian orang kehilangan pekerjaan,” kata Adhi dalam konferensi pers secara virtual, Senin (17/1/2022) lalu.
Untuk di Jawa Tengah lanjut Adhi, jumlah penduduk miskin per September 2021 sebanyak 3,93 juta orang, menurun 185,92 ribu jiwa dibanding September 2020 lalu. Sedangkan dari persentase penduduk miskin di Jawa Tengah pada September 2021 sebesar 11,25 persen. Hal itu menunjukan penurunan sebesar 0,59 persen dibanding September 2020 lalu.
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah
selama periode Maret 2021 – September 2021 antara lain adalah pandemi Covid-19. Pandemi yang belum berakhir dan berkelanjutan, berdampak pada perubahan perilaku serta aktivitas ekonomi penduduk sehingga memengaruhi angka kemiskinan.
Faktor lainnya, adalah ekonomi di Jawa Tengah pada September 2021 mengalami pertumbuhan sebesar 2,56 persen jika membandingkan dengan September 2020.
“Faktor lainnya adalah pengeluaran konsumsi rumah tangga pada triwulan ketiga di 2021 mengalami pertumbuhan
sebesar 1,84 persen jika membandingkan dengan tahun sebelumnya,” tuturnya.
Lalu, selama periode Maret 2021 – September 2021 juga, Jawa Tengah mengalami deflasi sebesar 0,01 persen.
“Komoditas makanan mengalami penurunan harga sehingga bisa yang tadinya masuk miskin menjadi tidak. Pemerintah harus menjaga itu agar tidak ada kenaikan harga,” tuturnya.
Angka Kemiskinan di Jateng Turun, Ini Cirinya
Ia menyatakan, ciri yang termasuk golongan miskin adalah konsumsi makanan lebih besar dari non makanan.
“Sedangkan untuk yang kaya, konsumsi makanan justru lebih kecil, karena untuk membeli bensin, pakaian, juga pajak kendaraan. Tingkat kepatuhan pajak kendaraan di kota lebih baik daripada di desa,” tuturnya.
Ia berharap, yang tidak miskin akan semakin banyak dan menolong penduduk miskin agar keluar dari garis kemiskinan tersebut.
Editor : Puthut Ami Luhur