LENTERAJATENG, SEMARANG – Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu luncurkan Cempaka (Cegah Stunting Bersama Pengusaha di Kota Semarang), dengan mengandeng pengusaha. Program tersebut untuk mengentaskan persoalan stunting di Kota Semarang, untuk melengkapi program yang sudah ada sebelumnya.
Program-program yang dimaksud tersebut antara lain, Rumah Pelita, Melon Mask, Garang Asem, dan program inovasi lainnya.
Program Cempaka merupakan program kolaborasi dengan berbagai stakeholder, pemerintah maupun pengusaha. Pengusaha dari pemilik hotel maupun Perkumpulan Penyelenggara Jasa Boga Indonesia.
Wanita yang akrab dengan sapaan Ita itu ingin, makanan yang berlebih dari hotel bisa diberikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Terlebih, makanan dari hotel memiliki standar dan nilai gizi yang baik untuk dikonsumsi.
“Kami melakukan kerja sama dengan pengusaha, pemilik hotel dan penyelenggara jasa boga, memanfaatkan makanan yang berlebih bukan sisa. Daripada dibuang dan tidak bermanfaat, bisa diberikan ke masyarakat yang membutuhkan,” kata Ita.
Makanan tersebut, nantinya dibagikan oleh Melon Mask (Milenial Gotong Royong Atasi Stunting di Kota Semarang).
Stunting dan kemiskinan ekstrim menjadi isu yang menjadi perhatian khusus dari Wali Kota Ita. Ia berharap, dengan adanya program Cempaka maka kedua masalah tersebut dapat segera terselesaikan.
“Dengan program ini, kami bisa efisien dalam penggunaan APBD, karena yang terbesar dalam penanganan stunting adalah pemenuhan makanan tambahan,” tuturnya.
Pemerintah kota Semarang terus melakukan berbagai upaya untuk menyelesaikan masalah stunting dan kemiskinan ekstrim di Kota Semarang. Mengingat, khususnya anak yang mengalami stunting dapat mempengaruhi tumbuh kembangnya yang berakibat pada masa depan mereka.
Melalui berbagai program yang sudah diluncurkan oleh Pemerintah Kota Semarang, untuk menyelesaikan masalah stunting maupun kemisikinan ekstrim. Harapannya pada 2024, Kota Semarang zero stunting dan zero kemiskinan ekstrim.
Dengan program Cempaka ini, ia berharap dapat menyelesaikan dua masalah sekaligus di Kota Semarang. Kedua masalah tersebut adalah masalah stunting dan masalah kemiskinan ekstrim.
“Warga yang stunting atau miskin ekstrim harus disentuh dari yang dekat dengan hotel itu, jadi hotel seperti menjadi orang tua asuh. Kalau konsumsi makanan cukup, pastinya tidak dimasukkan dalam kemiskinan ekstrim nantinya,” tuturnya.
Kasus stunting di Kota Semarang per Agustus 2023 terdapat 1.022 kasus, angka tersebut turun dari sebelumnya pada Februari 2023 sebanyak 1.340 kasus. Dalam kurun waktu 6 bulan, kasus stunting di Kota Semarang turun 218 kasus.
Sedangkan perihal masalah kemiskinan ekstrim di kota Semarang, saat ini angka tersebut berada pada 500 kepala keluarga (KK) atau sekitar 2.000 orang.