LenteraJateng, SEMARANG – TPS (Tempat Pengelolaan Sampah) Resik Mandiri Sambiroto telah melakukan pemilahan sampah sebesar 7,3 ton, dalam kurun waktu September sampai Desember 2021. Tetapi mengundang pro kontra di kalangan masyarakat dengan munculnya beberapa persoalan, mulai kontainer sampah yang kelebihan isi, bau tak sedap dan manajemen pengelola yang kurang terorganisir.
Ketua TPS Resik Mandiri Sambiroto Kiswanto menyatakan, telah berhasil melakukan optimalisasi pengelolaan sampah tingkat hulu melalui program kerjanya. Pencatatan mengenai volume sampah yang tertampung, terbentuknya bisnis jual beli sampah dan RT-RT yang menjalankan bank sampah.
“Kami menggunakan prinsip Reduce, Reuse, dan Recycle (3R) ini melayani 3 RW dan 35 RT dengan jumlah total 1.057 rumah tangga,” kata Kiswanto, Senin (17/1/2022).
Berjalannya pengelolaan dengan prinsip 3R ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak terkait. Selain didukung oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang, Resik Mandiri juga mendapat dukungan Yayasan Bina Karta Lestari (Bintari) yang berfokus pada pembangunan berkelanjutan dan krisis perubahan iklim.
Bintari juga mendapat dukungan oleh Rethinking Plastics dari Uni Eropa dan GIZ melalui Pemerintah Jerman, untuk membuat program Penyiapan Masyarakat dalam Kolaborasi Pengelolaan Sampah (PILAH2). Program PILAH2 ini bertujuan untuk mengurangi sampah rumah tangga yang bocor ke laut maupun yang terbuang ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Pendampingan oleh Bintari sejak Mei 2021. Pendampingan meliputi edukasi dan pelatihan kepada pengurus, serta sosialisasi kepada petugas pengangkut sampah rumah tangga.
“Kami memberikan pendampingan teknis, kepada pengelola TPS 3R. Tujuannya untuk meningkatkan kapasitas daur ulang,” kata Fitri Ulul Azizah, Field Officer di wilayah Sambiroto.
Pelatihan Bintari Kepada TPS 3R Resik Mandiri Sambiroto
Pengurus TPS 3R mendapatkan pelatihan mengenai optimalisasi pengelolaan sampah. Materi pelatihan ada dua tahap, pertama, tentang bagaimana membangun lembaga pengelola sampah, dan, kedua, menyusun rencana layanan.
Fitri menyatakan, TPS 3R Resik Mandiri kini telah memiliki kapasitas untuk menjalankan bisnis jual beli sampah. Dengan membeli sampah terpilah dari rumah tangga dan kemudian menjualnya kembali kepada pengepul. Aktivitas ini harapannya bisa berkontribusi mengurangi sampah yang bocor ke lingkungan.
“Tapi belum semua petugas pengangkut sampah, yang berjumlah sembilan orang bersedia masuk dalam kelembagaan TPS 3R. Baru ada tiga petugas pengangkut yang berada di bawah kepengurusan TPS 3R,” tuturnya.
Dalam program ini, TPS 3R yang merupakan tempat pengelolaan sampah dengan proyeksi memiliki kapasitas untuk meningkatkan area layanan pengangkutan sampah. Kemudian meningkatkan daur ulang sampah dan menjalankan jual beli sampah anorganik atau yang masih bernilai ekonomi.
“Dari 13 RT yang mendapatkan sosialisasi pemilahan sampah, ada sembilan RT yang melakukan pemilahan dengan sistem bank sampah,” tambah Fitri.
Menurut dia, TPS 3R Resik Mandiri masih terkendala akses pelayanan pembelian sampah ke area dataran tinggi karena keterbatasan armada. Sehingga saat ini TPS ini hanya mengandalkan seorang petugas pengangkut yang membantu untuk pengambilan pilah sampah.
Editor : Puthut Ami Luhur