LenteraJateng, SEMARANG – Anak muda Kota Semarang tak perlu khawatir jika ingin berinteraksi dan berkegiatan bersama Pemerintah Kota Semarang. Kini, Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kota Semarang mengadakan pameran rutin komunitas muda yang selalu aktif berkegiatan.
Pameran dengan nama Tenda Komunitas KOMPOR GAS (Komunitas Pemuda dan Olahraga Gaya Semarangan) itu merupakan implementasi dari visi misi Wali Kota Semarang mengenai Program Pembangunan Kepemudaan. Dispora kemudian mengemas kegiatan tersebut dalam bentuk nobar (Nongkrong Bareng Komunitas).
Kepala Bidang Pengembangan Kepemudaan, Eko Agus Padang mengatakan, sejak awal kegiatan ini adalah fasilitas dan sarana dari dinasnya sebagai ajang sosialiasi komunitas muda yang ada di Kota Semarang.
“Harapannya adalah semakin banyak komunitas yang bergabung khususnya komunitas muda yang selama ini aktif di media sosial untuk berkegiatan bersama dan berinteraksi dengan Pemkot Semarang melalui kami,” jelas Eko, pada Senin (7/2/2022).
Rencananya, kegiatan pameran ini akan rutin terlaksana setiap dua minggu sekali, pada hari Minggu pagi, pukul 07.00 sampai 09.00 WIB di selasar Tri Lomba Juang.
“Selain pameran ke depan, akan ada Dialog Komunitas, Peduli Lingkungan, dan juga Bakti Sosial bersama komunitas terkait,” paparnya.
Ubaloka Ikut Partisipasi Tenda Komunitas Kompor Gas
Sementara, Unit Bantu Pertolongan Pramuka (Ubaloka) Kota Semarang yang ikut dalam pameran turut meramaikan acara dengan menampilkan simulasi pertolongan pertama.
Taufik Hidayat, selaku Komandan Ubaloka Kota Semarang memaparkan, komunitasnya berusaha menunjukan kemampuan pertolongan pertama sebagai organisasi potensi SAR.
“Kami tadi menampilkan simulasi pertolongan pertama pada korban kecelakaan. Jadi korban itu ceritanya terjatuh karena terserempet oleh motor dan mengalami luka pada pelipis dan patah tulang,” jelas Taufik.
Kemudian tindakan yang Ubaloka lakukan adalah memastikan area sekitar korban aman dan steril dari warga yang menonton. Karena biasanya, banyak masyarakat berkerumun hanya untuk melihat, tapi tidak menolong.
“Dengan kemampuan pertolongan pertama yang anggota kami miliki, kami memberikan penanganan sederhana pada korban. Seperti pemeriksaan respon korban terlebih dahulu, apakah ada respon atau tidak,” lanjut Taufik.
Lalu jika ada respon, maka penolong bisa berkomunikasi dengan korban sembari pemeriksaan fisik. Setelah selesai, penolong bisa melakukan tindakan sederhana seperti membersihkan dan membalut luka agar tidak terjadi cedera yang lebih serius.
“Setelah melakukan pertolongan pertama, kemudian kami memastikan korban mendapat rujukan ke pusat kesehatan lanjutan seperti klinik, puskesmas atau rumah sakit,” ujar pemuda itu.
Taufik melanjutkan, anggota Ubaloka Kota Semarang telah mengikuti pelatihan dasar penolong. Seperti pertolongan pertama, pertolongan di ketinggian, pertolongan di air, dan penyelamatan di medan gunung dan hutan.
Selain itu, organisasinya memiliki keunikan tersendiri karena hanya ada di Jawa Tengah.
“Ubaloka hanya ada di Jawa Tengah. Kami adalah unit kegiatan Dewan Kerja Pramuka yang bergerak di bidang pertolongan, pencarian, dan penyelamatan,” tandasnya.
Editor: Puthut Ami Luhur