LENTERAJATENG, UNGARAN – Ratusan warga Dusun Thekelan, Desa Batur, Getasan gelar tradisi bersalaman usai ibadah natal yang dilakukan kuat Kristiani. Mereka tak gentar menerjang meski hujan mendera sejak pagi.
Sekitar pukul 09.00 WIB, para warga yang beragama Islam dan Buddha berduyun-duyun memadati jalanan di depan Gereja Pantekosta El Shadai. Mereka menantikan warga yang beragama Kristen selesai melakukan misa pagi.
Setelah misa selesai, warga yang telah berkumpul kemudian berbaris mengular memadati jalan kampung yang berada di ketinggian 1600 meter di atas permukaan laut (mdpl). Diawali oleh tokoh masyarakat setempat mereka kemudian bersalaman dan saling mengucapkan selamat natal.
Tak sedikit dari mereka yang berkaca-kaca karena terharu dengan keakraban yang terjalin. Suasana hangat terasa meski hujan dan dingin menusuk kulit.
Tokoh agama Buddha Dusun Thekelan, Tugimin menuturkan, meski hujan mengguyur dusun sejak pagi, namun warga lainnya tetap bersemangat datang untuk mengucapkan selamat hari raya. Hal ini lantaran tradisi bersalam-salaman selepas hari raya keagamaan rutin berlangsung sejak bertahun-tahun lalu.
“Walaupun hujan kita semangat karena satu tahun sekali. Kalau kita tunda waktu itu kan mengumpulkan warga kan tidak mudah. Apalagi di hari libur, jamnya juga tepat ini pas ibadah gereja selesaikan,” kata Tugimin, kepada wartawan, Minggu (25/12/2022).
Ia melanjutkan, saling mengucapkan sudah lama sekali berlangsung sejak era leluhur Dusun Thekelam. Meskipun pada masa itu tidak diucapkan secara massal.
“Dari dulu Idul Fitri dan Waisak sudah anjangsana ke rumah-rumah, Natal demikian juga. Ini Salah satu bentuk toleransi beragama di Dusun Thekelan adalah dengan saling mengucapkan selamat. Pembangunan tempat ibadah juga kami lakukan secara gotong royong dan bersama usaha,” beberapa Tugimin.
Sebagai Satu Keluarga, Warga Dusun Thekelan Gelar Tradisi Bersalaman
Menurut Tugimin, toleransi antar umat beragama merupakan ajaran yang diberikan agama masing-masing. Termasuk cara hidup berdampingan dengan orang lain.
“Kami anggap satu kampung ini kan satu keluarga. Jadi sayang lah kalo ada berita yang beredar antar warga yang berdampingan rumah saja tidak bisa rukun,” lanjutnya.
Ia berharap, dengan kekompakan yang terjalin di Dusun Thekelan, akan memperkokoh persatuan dan kesatuan. Walaupun tidak menyokong secara keutuhan bangsa dan negara, tapi dapat terwujud aman, tenteram, damai dan saling rukun di lingkungannya.
“Kami tunjukkan walaupun di kampung tapi kita mampu menciptakan suasana beda dari yang lain. Sekarang memang bisa lewat media sosial, tapi kami tunjukan dengan perilaku nyata,” pungkasnya.