LENTERAJATENG, UNGARAN – Menjelajahi sudut kota tentunya tak lepas dari kudapan yang memanjakan lidah. Entah berupa minuman, makanan atau sekedar camilan khas daerah setempat.
Seperti salah satu kuliner khas Ambarawa yang berupa serabi. Camilan yang terbuat dari tepung beras dan santan itu menjadi andalan kelurahan Ngampin, Ambarawa, Kabupaten Semarang.
Dimasak menggunakan wajan tanah liat, serabi-serabi Ngampin ini memiliki daya tariknya sendiri. Bahkan cara memasaknya yang masih menggunakan kayu, membuat harum aroma serabi bercampur kayu bakar menambah nikmat camilan ini.
Serabi Ngampin telah eksis sejak berpuluh tahun lalu di kawasan Panjang, Ambarawa. Penjajanya yang berjumlah sekitar empat puluh orang, akan menggelar dagangan mereka di lapak yang ada di Jalan Semarang – Yogyakarta sejak sore hingga malam hari.
Ukurannya yang kecil, membuat Serabi Ngampin mudah dinikmati para pembelinya. Serabi Ngampin memiliki berbagai macam rasa seperti gula jawa, pandan, lain sebagainya.
Pawitri, salah seorang pedagang menuturkan, cara menikmati Serabi Ngampin juga berbeda dari serabi pada umumnya. Jika serabi umumnya akan langsung disantap setelah matang, Serabi Ngampin biasa dinikmati dengan menambahkan kuah.
“Kalau serabi lainnya kan tinggal makan, kalau serabi ini pakai kuah santan dan gula,” kata dia.
Melestarikan Serabi Ngampin
Sebagai upaya melestarikan Serabi Ngampin, warga setempat biasa menghadirkan sajian serabi saat menggelar merti dusun setiap satu tahun sekali. Merti dusun ini diselenggarakan menjelang bulan puasa Ramadan.
“Ini sekaligus memperkenalkan kembali serabi klasik Ngampin yang asli. Karena yang dijual di pinggir jalan tersebut sudah dikreasi,” kata Salah seorang warga, Supriyanto
Pada momen merti dusun tersebut disajikan Serabi Ngampin yang masih menggunakan cara tradisional. Yakni dengan menumbuk tepung beras dan kelapa di dalam lumping sebagai adonannya.
“Biar ada rasa krenyes-krenyesnya. Itu yang membuat berbeda serabi klasik Ngampin,” tandasnya.