LenteraJateng, SEMARANG – Hening, sebuah kata yang bermakna jernih, bening atau bersih. Bisa juga diartikan sebagai diam, sunyi, dan sepi. Hening, sebagai kelanjutan dari Healing (penyembuhan). Ini tentang refleksi pandemi, apapun situasinya, setiap manusia harus tetap semangat dan bersiap menghadapi kematian yang bisa datang kapan saja.
Pesan itu yang Ignatia Dewi sampaikan, kepada pengunjung Pameran Hening. Pameran lukisan kontemporer itu ia selenggarakan di Gallery Monod Huis, Jalan Kepodang, kawasan Kota Lama, mulai tanggal 12 Februari hingga 19 Februari 2022.
Wanita yang akrab disapa Dewi itu mengatakan, bahwa pameran ini untuk memberikan ruang kepada para seniman yang selama dua tahun ini terkena dampak pandemi Covid-19.
“Ini sebagai dorongan finansial dan pendapatan bagi keluarga seniman. Selain itu sebagai hiburan bagi masyarakat sekitar kita,” ujar Dewi.
Dewi saat ini berfokus pada ruang-ruang kosong khususnya di bidang seni di Kota Semarang. Selaku Direktur ID Management, ia menyelenggarakan pameran karena ingin seniman bisa mendapat perhatian dari berbagai kalangan, termasuk pemerintah.
Pada pameran itu, Dewi tidak hanya menyuguhkan lukisan kontemporer karya para seniman. Namun, ia juga menyuguhkan konsep performing art atau seni pertunjukan dengan mengundang berbagai seniman teater, music, juga tari. Seperti Kelana Siwi yang menampilkan aksi teatrikal yang juga berjudul Hening.
Saat aksi teatrikalnya, Kelana berkolaborasi dengan Semarang Choir sebagai penyanyi latar. Ia menampilkan adegan tentang makna hening dengan menyucikan diri. Bersama dengan dua penampil lainnya, Kelana sukses membuat penonton menyimak takjub.
Sketsa Kolosal dalam Sebuah Kekuatan Saat Pandemi
Selama pameran berlangsung, ID Management juga mengajak berbagai komunitas seni lainnya untuk ikut serta meramaikan acara. Seperti pada hari Minggu (13/2/2022), komunitas ArsiSKETur menampilkan Sketsa Kolosal dengan melukis bangunan yang ada di Kawasan Kota Lama.
Bagas, Ketua ArsiSKETur itu menceritakan, Sketsa Kolosal adalah melukis dalam media kanvas atau kertas bersama-sama dengan anggota komunitasnya. Kali ini, ia menggunakan lima kanvas besar sebagai media.
Sketsa Kolosal itu menggambarkan gedung di kawasan Kota Lama, mulai dari gedung Bank Mandiri, hingga beberapa bangunan di sebelahnya, sepanjang jembatan Mberok menuju ke arah Pasar Johar.
Selama kurang lebih 1,5 jam, komunitas ArsiSKETur akhirnya menyelesaikan lukisan di lima kanvas dengan hasil yang mengagumkan. Sesi melukis bersama di depan Gallery Monod Huis itu membuat para pejalan kaki di kawasan Kota Lama yang ikut menonton bahkan berhenti dari kendaraan yang mereka naiki.
“Kebetulan kali ini kami bersembilan melukis objeknya bersama. Karena kami arsitek, jadi cenderung ke bangunan yang ada di Kota Lama,” tutur Bagas.
Tidak hanya selesai hari Minggu saja, ArsiSKETur juga kembali menampilkan seni lukis bersama di Gallery Monod Huis, pada hari Sabtu (19/1/2022).
Editor: Puthut Ami Luhur